REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asap kebakaran hutan mempunyai kompisisi berbeda dengan asap gunung berapi, asap polusi pabrik dan atau kendaraan bermotor. Asap kebarakan hutan lebih bersifat bio mass karena yang terbakar adalah pohon-pohonan yang hidup.
"Gangguan kesehatan akibat kabut asap ini biasanya baru akan timbul kalau seseorang cukup lama kontak dengan asap kebakaran hutan," Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama, Rabu (9/9).
Di sisi lain, kejadian kebakaran hutan yang berulang setiap tahun pada daerah yang sama bukan tidak mungkin akan menimbulkan dampak kronik pula. Namun, hal itu masih perlu diteliti lebih lanjut. Keadaan kebakaran hutan di musim panas berkepanjangan seperti sekarang ini juga punya dampak kesehatan lain seperti keterbatasan persediaan air dan gagal panen.
"Konsisi ini mungkin mengancam ketersediaan pangan dan kemungkinan gangguan kesehatan akibat cuaca yang panas," ucap Tjandra.
Perubahan cuaca berlebihan dan musim kering berkepanjangan tentu punya dampak buruk bagi kehidupan. Harus pula disadari bahwa perubahan iklim tidak sepenuhnya terjadi akibat alamiah semata, tapi juga banyak akibat ulah manusia.
"Salah satu kunci utamanya adalah marilah kita selalu bersahabat dengan lingkungan serta menjaga kelestarian lingkungan hidup, demi kebahagiaan hidup umat manusia," kata dia.