Rabu 09 Sep 2015 16:14 WIB

Ribut JK-Rizal Soal Proyek Listrik Dinilai Sangat Konyol

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Jusuf Kalla - Rizal Ramli
Jusuf Kalla - Rizal Ramli

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati meminta ribut-ribut soal target program pembangkit listrik segera disudahi.

Selain merupakan pemandangan konyol, keributan antara Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli tersebut akan semakin memperburuk kepercayaan investor. Ujung-ujungnya pembangunan nasional akan terhambat. Presiden pun diminta segera menegaskan sikap soal besaran target atas nama Pemerintahan Indonesia.

"Tidak ada namanya 'Pemerintahan JK' atau 'Pemerintahan Rizal', yang masyarakat ketahui adalah pemerintahan yang satu yakni Indonesia," kata dia kepada Republika.co.id ketika dihubungi melalui sambungan telepon pada Rabu (9/9).

Ditanya soal besaran ideal target program pembangkit listrik, Enny menyebut bukan itu yang menjadi masalah substansial. Berapapun besarannya, pemerintah harus satu suara ketika menyampaikannya kepada publik.

Jika pun ada perbedaan pendapat maupun hasil analisis, seharusnya diselesaikan di tingkat internal. Sehingga, yang disampaikan kepada masyarakat seragam. Di mana ketetapan target program pembangkit listrik menyesuaikan kapasitas dan kesiapan yang terukur. Seharusnya pemerintah memiliki mekanisme pengukuran kemampuan berdasarkan data-data valid.

"Jadi, kisruh itu sama sekali tidak perlu, konyol," tambahnya. Jika kedua belah pihak tak mau duduk bersama menyamakan suara, lanjut Enny, sebaiknya tidak perlu menjadi pemerintah. Karena hanya akan menimbulkan kebingungan. Di situlah Presiden harus turun tangan. Nantinya, besaran target yang telah disepakati seragam akan menjadi acuan investor yang jelas serta jadi pertimbangan mereka mengukur kemampuan investasi.  

Seperti diketahui, JK dan Rizal Ramli berbeda pendapat soal target program pembangkit listrik. Rizal Ramli memangkas target pembangunan program pembangkit listrik 35 ribu MW menjadi 16 ribu MW dalam lima tahun. Sedangkan, Wapres  ingin besaran target tetap 35 ribu MW. JK optimis pembangunan proyek 35 ribu MW ini dapat dilaksanakan dalam lima tahun.

Rizal Ramli memangkas target bukan tanpa alasan. Menurut dia, pembangunan proyek listrik lebih realistis dilaksanakan jika target dipangkas menjadi 16 ribu MW untuk lima tahun ke depan. Jika target pembangunan listrik tetap dipaksakan hingga 35 ribu MW, justru akan merugikan keuangan PLN.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement