REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar bergabungnya 12 pesepak bola menjadi calon bintara TNI AD mendapat perhatian dari Sekjen Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Raja Juli Antoni. Ia menilai, bergabungnya sejumlah pemain tim nasional sepak bola Indonesia menjadi calon bintara sebagai sebuah ironi.
"Ini sebuah ironi di tengah koar-koar PSSI dan negara soal profesionalisme dan pentingnya prestasi. Atlet kita melamar ke dinas kemiliteran," ujar Toni, begitu akrab disapa dalam cuitannya di Twitter yang berjudul "DWIFUNGSI ABRI Atlit Bola Republik Indonesia?", Rabu (9/9).
Menurut dia, sengketa dunia sepak bola Indonesia sudah sampai ke titik paling kritis. "Ketika liga mandek, pemain kehilangan penghasilan," cetus mantan ketum PP Ikatan Pelajar Muhammadiyah itu.
"Kita justeru berterima kasih kepada TNI yang membuka jalur khusus bagi atlet-atlet kita. Tapi tidak lantas negara lepas tangan dalam hal ini," tegasnya. Menurut Toni,
Atlet-atlet itu telah melepaskan relasi ekonominya untuk fokus memajukan olahraga nasional. "Lalu ketika semua berantakan, semua pura-pura buta tuli."
Ia menilai PSSI, klub bola, dan persatuan-persatuan olahraga terlalu dimanjakan oleh regulasi. Menurutnya, terlalu banyak hak tanpa sanksi jika inkar. Toni menegaskan sudah saatnya negara membenahi seluruh sektor keolahragaan nasional.
"Kita harus yakin, prestasi tidak pernah jatuh dari langit," ungkapnya. Toni mengingatkan prestasi adalah buah dari manajemen yang baik, jenjang karier teratur, industri olahraga yang profesional, serta masyarakat dan negara yang sehat.
Tanpa itu, kata dia, atlet-atlet kita hanya akan terjepit di antara: menyiapkan diri untuk merebut prestasi dan dapur yang terus harus mengepulkan asap. "Ironi bangsa kita. Bagian dari agenda #IndonesiaMoveOn," ucapnya.