REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Peneliti dari Universitas North Carolina dan Universitas Michigan menganalisis lebih dari 1.000 siaran pers yang dikirim lebih dari 100 organisasi. Hasilnya, media lebih menghasut untuk takut terhadap Muslim dan Islam.
"Saat ini, narasi dominan adalah bahwa Islam pelaku kekerasan dan intoleransi," ujar Katy Rosenbaum dari North Carolina.
Ia mengharapkan media memiliki tanggung jawab untuk memberikan porsi berita yang menunjukan keragaman yang ada dalam Islam. Setiap ras, etnis, dan kelompok agama memiliki orang-orang baik dan juga buruk.
Lindsey Bnadad, penduduk asli Texas yang sekarang tinggal di North Carolina, memiliki kata-kata kuat untuk media, atau apa yang dia sebut "agama baru."
Menurutnya media memiliki tanggung jawab besar untuk tidak menyamakan semua orang. "Di media pendapat saya adalah agama baru. Lupakan apa yang Anda anggap benar, hanya mendengarkan berita apa yang ingin Anda percaya," ujarnya
Menurutnya, Ketika media mengatakan hal-hal yang cukup keras, cukup sering, cukup lama, orang akan percaya. Bnadad menambahkan, media adalah cara terbaik untuk mengendalikan massa.
Bnadad mengaku menikmati siaran acara Tyrant, sebuah program yang menceritakan kisah hidup dokter Muslim dan bekerja di Amerika Serikat. Namun ia dipaksa untuk kembali ke rumah Timur Tengah.
"Saya pikir itu baik bahwa orang melihat berbagai karakter dan tipe yang berbeda," katanya.
Keberagaman akan membuat orang-orang paham bahwa Islam pun memiliki keanekaragaman.