REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Sutiyoso, mengeluhkan adanya pemotongan anggaran institusinya untuk tahun 2016. Dalam rencana anggaran yang diajukan Kepala BIN sebelumnya, intitusi telik sandi ini mengajukan anggaran sebesar Rp 2,01 triliun. Jumlah ini menurun dibanding dengan tahun sebelumnya, Rp 2,6 triliun.
BIN menjadi salah satu lembaga yang terkena dampak pemotongan anggaran. Dalam kebijakan dan anggaran belanja pemerintah pusat RAPBN tahun 2016 dan proyeksi jangka menengah periode 2017-2019 di Nota Keuangan Negara, anggaran BIN tercatat Rp 1.592,6 miliar. Dengan pemotongan anggaran tersebut, Sutiyoso mengaku akan membuat masalah pada kinerja di BIN.
“Kalau dipotong tidak akan tercapai program-program kita, terutama perekrutan 1.000 personel,” kata Sutiyoso di kompleks parlemen Senayan, Kamis (10/9).
Pemotongan anggaran memang bukan hanya terjadi di BIN. Hampir seluruh lembaga negara mengalami pemotongan anggaran. Namun, kondisi di internal BIN lebih bermasalah karena sebelumnya sudah ada penurunan anggaran dibandingkan tahun sebelumnya.
Sutiyoso mengaku, dengan anggaran yang diajukan hanya sekitar Rp 2 triliun, dia berharap, tidak ada pemotongan anggaran. Sebab, itu, dalam rapat kerja pertama dengan komisi I DPR RI, Sutiyoso akan meminta bantuan DPR untuk memperjuangkan soal pemotongan anggaran di BIN.
“Makanya di Komisi I saya minta tolong untuk perjuangkan agar anggaran kita bisa dipenuhi,” katanya.
Kepala BIN dijadwalkan menggelar rapat kerja dengan komisi I DPR RI Kamis (10/9) mulai pukul 10.00 WIB. Rapat kerja pertama Kepala BIN yang baru ini mengagendakan pembahasan anggaran BIN. Selain itu, juga membahas isu-isu terkini seperti terorisme dan gerakan separatisme.