REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Fosil 15 mayat dari spesies manusia kuno yang sebelumnya tak diketahui digali dari kedalaman kuburan bawah tanah, dalam sebuah penemuan yang disebut para ilmuwan bisa mengubah sejarah umat manusia.
Sekitar 1.500 fosil ditemukan jauh di dalam gua di luar Johannesburg, tersembunyi di ruang bawah tanah yang hanya bisa diakses melalui beberapa tanjakan curam dan celah-celah batu. Para ahli tak yakin bagaimana manusia kuno berjenis Homo Naledi ini datang masuk ke dalam gua atau bahkan berapa usia mereka, tetapi penemuan tersebut bisa membantu mengisi kesenjangan penting dalam temuan fosil dan menjelaskan bagaimana manusia berevolusi dari kera ke manusia.
Fosil tulang itu pertama kali ditemukan pada 2013 oleh para ilmuwan dari Universitas Witwatersrand (WU) dan relawan penjelajah gua di ‘Cradle of Humankind’, sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO.
"Saya senang memperkenalkan kepada Anda spesies baru nenek moyang manusia," Lee Berger, seorang profesor riset di WU di Johannesburg.
Fosil manusia purba telah ditemukan di wilayah tersebut sejak penggalian dimulai pada era 1920-an.
Ekspedisi penggalian bernama ‘Rising Star’ ini dipimpin Profesor Lee, yang juga seorang penjelajah ‘National Geographic’. Ekspedisi ini melibatkan tim ilmuwan internasional, termasuk enam "astronot bawah tanah"yang berjalan berkelok-kelok melalui dinding sempit dan ruang gua untuk menemukan kumpulan mayat manusia.
Mengenakan topi dan beberapa cara yang sangat kreatif untuk membawa teknologi, tim ini berjalan menyusuri celah-celah sempit dan turun secara vertikal dalam suasana gelap di lorong selebar 17 cm untuk mencapai kuburan kuno.
Kebanyakan penemuan fosil manusia kuno hanya terdiri dari segelintir tulang. Tapi di ruang tersembunyi ini, tim peneliti menemukan harta karun yang belum pernah ada sebelumnya.
"Penemuan begitu banyak fosil yang setidaknya milik 15 individu luar biasa," kata Profesor Chris Stringer dari Museum Sejarah Alam di London, salah satu analis utama dalam penemuan ini.
Ia mengatakan, temuan tersebut menyoroti kompleksitas pohon keluarga manusia dan kebutuhan akan penelitian lebih lanjut untuk memahami sejarah dan asal-usul utama dari spesies manusia.
Para ilmuwan dari Universitas James Cook Queensland (JCU) terlibat dalam ekspedisi itu. Profesor Paul Dirks mengatakan, fosil itu ditemukan di ujung lorong sempit di suatu bagian di mana sinar matahari tak pernah masuk, yang disebut para ilmuwan sebagai "zona gelap".
Tim ekspedisi percaya, ruangan itu bisa menjadi lokasi pembuangan yang disengaja semacam kuburan.
Pengujian di JCU dan Universitas Johannesburg menunjukkan sedimen dalam ruang tak berasal dari sumber eksternal, mengesampingkan kemungkinan banjir bandang atau peristiwa bencana lainnya yang menyebabkan fosil masuk ke ruangan.
"Lokasi gua yang mendalam, tempat di mana tulang-tulang itu ditemukan menunjukkan mereka mungkin telah dikubur di sana oleh manusia lain, menunjukkan perilaku kompleks yang mengejutkan bagi 'spesies manusia primitif," jelas Profesor Chris.
Profesor Paul mengatakan, fitur Homo Naledi mirip dengan spesies primata awal lainnya, yakni menggabungkan wajah, kaki dan tangan yang mirip manusia, tapi dengan tubuh pendek yang seperti kera dan otak yang sangat kecil.
"Ini adalah campuran dari fitur primitif dan fitur berkembang," sebutnya.
Ia menerangkan, "Ini menunjukkan adanya spesies berbeda dari primata yang hidup pada waktu yang berbeda pula yang mengkombinasikan segala macam fitur berbeda – alam tengah bereksperimen."
Tinggi Homo Naledi sekitar 1,5 meter dan beratnya sekitar 45 kilogram.