REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kepala delegasi Vatikan untuk PBB mengaku belum jelas, apakah Vatikan akan memilih untuk mengibarkan benderanya di samping bendera Palestina di markas besar PBB.
Dilansir dari Arabnews, Jumat (11/9), dibutuhkan suara sekitar 193 negara anggota Majelis Umum PBB untuk mengesahkan rancangan resolusi Palestina, yang akan mengibarkan bendera mereka di markas pusat PBB. Diplomat PBB mengatakan, dukungan luas untuk Palestina akan selalu datang dari negara-negara berkembang atau non blok, dan blok terbesar dari anggota PBB.
Awalnya, Palestina telah mengajukan inisiatif pengibaran bendera bersama Vatikan. Tetapi, Vatikan menegaskan jika mereka tidak akan mendukung resolusi tersebut.
Uskup Agung Bernardito Auza, pengamat tetap Vatikan di PBB, mengesampingkan kemungkinan untuk mengibarkan bendera di badan dunia tersebut sebelum pidato Paus Francis atau pertemuan tingkat tinggi Majelis Ulama pada 25 September nanti. "Kami tidak punya niat apa pun untuk melakukan itu," kata Auza.
Auza menambahkan, Vatikan tidak akan mendukung resolusi Palestina karena memiliki prioritas yang berbeda. Vatikan dan Palestina adalah satu-satunya negara nonanggota di PBB. Amerika Serikat menggambarkan inisiatif pengibaran bendera Palestina sebagai tindakan kontraproduktif.
Prancis telah memelopori dorongan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian Israel-Palestina, yang gagal pada tahun 2014. Pada 2012, Majelis Umum sangat menyetujui pengakuan defacto dari kedaulatan negara Palestina. Itu terjadi setelah upaya Palestina untuk menjadi keanggotaan penuh PBB gagal.