REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Perdana Menteri Hungaria memperingatkan bahwa polisi akan mengambil tindakan yang lebih tegas untuk melawan gelombang imigran yang dikabarkan memberontak pihak berwenang, menyita stasiun kereta api dan menolak untuk didaftarkan.
Dilansir dari alarabiya, Hungaria merupakan negara transit utama bagi para imigran dan pengungsi, yang berusaha untuk menuju negara-negara kaya, seperti Jerman dan Swedia, yang telah membangun pagar di sepanjang perbatasan dengan Serbia pada awal Oktober lalu, demi membendung gelombang imigran.
Lebih dari 170.000 imigran telah menyeberang ke Hungaria dari Serbia sepanjang tahun ini.
Kebanyakan mencoba untuk menghindari pendataan di Hungaria, karena takut terdampar di sana atau kembali ke sana lagi, yang juga didorong oleh kesepakatan sementara Jerman dan Austria untuk menerima pengungsi.
"Mengingat bahwa kita sedang menghadapi pemberontakan oleh para migran ilegal, polisi telah melakukan pekerjaan mereka dengan cara yang luar biasa, tanpa menggunakan kekerasan," kata Viktor Orban setelah melakukan pertemuan dengan Manfred Weber, ketua kelompok Partai Rakyat Eropa konservatif di Parlemen Eropa.
"Mereka telah menyita stasiun kereta api, menolak untuk memberikan sidik jari, gagal untuk bekerja sama, dan tidak mau pergi ke tempat di mana mereka akan mendapatkan makanan, air, akomodasi dan perawatan medis. Mereka telah membangkang tatanan hukum Hungaria," terang Orban.