Sabtu 12 Sep 2015 14:14 WIB

Obama: Serangan Siber Cina tak Dapat Diterima

Rep: Gita Amanda/ Red: Ilham
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.
Foto: Reuters
Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, dugaan serangan siber yang dilakukan Cina sebagai tindakan yang tak dapat diterima. Ini disampaikan Obama menjelang kunjungan pemimpin Cina Xi Jinping.

BBC News melaporkan pada Sabtu (12/9), AS telah menyalahkan serangan peretas pada sejumlah insititusi di negara tersebut. Termasuk kasus terbaru mengenai penyerangan siber yang melibatkan jutaan pegawai pemerintah AS.

Obama mengatakan, AS harus lebih cepat bertindak dalam merespon serangan. Ia membuat pernyataan setelah bertemu dengan anggota militer AS di Fort Meade, Maryland. Xi dijadwalkan akhir bulan ini datang ke Washington.

"Kami sangat jelas kepada Cina, bahwa ada praktik-praktik tertentu yang mereka terlibat di dalamnya, dan kita tahu itu berasal dari Cina dan tak dapat diterima," ungkap Obama.

Obama menyarankan kedua pihak menyepakati aturan umum di dunia maya. Sebab pada satu titik, AS menganggap ini sebagai ancaman keamanan nasional. Namun Obama mengatakan, Cina harus takut akan konfrontasi AS secara online. "Saya jamin kami akan menang jika harus," katanya.

Secara terpisah, Gedung Puting mengatakan, Obama tak akan lagi tinggal di Hotel Waldorf Astoria di New York yang disebut-sebut milik perusahan Cina. Tapi juru bicara Gedung Putih Josh Earnest tak mengomentari apakah pembelian itu menyuarakan keprihatinan akan mata-mata Cina.

"Ada berbagai pertimbangan yang mempengaruhi dimana presiden akan tinggal saat tak di Gedung Putih," ujar Earnest.

Sebaliknya, Cina mengatakan mereka merupakan korban serangan siber AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement