REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyangkut nasib dan masa depan bangsa dan negara Indonesia. "Alur kebijakannya bersifat strategis karena menyangkut cadangan dan ketersediaan energi serta kehidupan masyarakat," ujar pengamat energi dari Masyarakat Energi Nasional Fajar Budianto di Jakarta, Sabtu (12/9).
Fajar mencermati teror penembakan kantor Kementerian ESDM merupakan ancaman terhadap negara. Sebab, kementerian tersebut masuk lingkungan kerja negara sangat strategis.
Menurut dia, banyak sekali kepentingan yang melibatkan berbagai pihak seperti negara, swasta dan negara luar, termasuk broker. "Ruang lingkup kerja ESDM pada umumnya berhubungan dengan objek vital dan strategis, tentunya itu menyangkut ketahanan dan kedaulatan negara," katanya.
Fajar menyatakan, jika ada anggapan bahwa teror penembakan Kementerian ESDM sebagai ancaman terhadap negara, kemungkinannya tetap ada. "Penembakan itu teror, pelakunya orang suruhan dari kelompok yang kepentingannya sudah terganggu," ujarnya.
Apalagi, pemerintah rencananya mau menerbitkan perubahan atas peraturan presiden, menteri, dan pemerintah yang mengatur tentang minyak dan gas (migas). Penerbitan peraturan tersebut merupakan alternatif atas belum terbitnya RUU Minerba yang masih dibahas di DPR.
Untuk itu, dia mengapresiasi, rencana pemerintah mengolah sendiri hasil migas nasional agar bisa dinikmati rakyat Indonesia. Selama ini, migas Indonesia justru banyak mangkrak di Singapura, negara yang sama sekali tak punya sumberdaya alam.
"Ini faktual dan bisa dibayangkan, hasil migas kita dinikmati negara seuprit hanya gara-gara punya kilang mumpuni dan berharap rente. Sedangkan rakyat kita, apalagi daerah penghasil migas sedikit menikmati," mirisnya.
Ironisnya, beber dia, hijrahnya hasil migas Indonesia ke Singapura ditukangi oleh anak bangsa sendiri. "Antek-anteknya ya orang-orang kita sendiri, itu yang lazim disebut mafia itu," ungkap Fajar.