Sabtu 12 Sep 2015 21:16 WIB
Musibah Crane Jatuh

Kepala Dijahit Akibat Crane, Nuruddin: Mungkin Ada Niat yang Belum Benar

Rep: Ratna Puspita/ Red: Indah Wulandari
Deretan crane di kawasan Masjidil Haram.    (Reuters/Amr Abdallah Dalsh)
Foto: REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
Deretan crane di kawasan Masjidil Haram. (Reuters/Amr Abdallah Dalsh)

REPUBLIKA.CO.ID,MAKKAH -- Sinar matahari yang memancar di atas Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, tertutup awan. Langit terang langsung menjadi gelap. Hujan disertai angin kencang melanda Baitullah pada Jumat (11/9) sore.

Nuruddin Baasith Sujiyono yang menunggu waktu shalat Maghrib di sekitar lintasan tawaf langsung mencari perlindungan menghindari air yang turun. Dia berpindah di bawah lintasan tawaf dua lantai untuk pengguna kursi roda.

 "Karena saya pikir tidak basah," kata dia, Sabtu (12/9).

Dia sempat memundurkan lagi barisan shafnya. Lalu, Nuruddin memandangi langit gelap dan angin kencang di atas Baitullah. Di dataran lainnya, air yang turun hanya berupa gerimis. Namun, angin yang sangat besar berpusar di atas Masjidil Haram.

Debu dan plastik berterbangan di udara. "Kalau di daerah saya, itu namanya lesus," ujar calon haji asal Kelompok Terbang (Kloter) Surabaya (SUB) 21 itu pada Sabtu (12/9). 

Petir dan gemuruh  pun bersahutan. Nuruddin menganggap pemandangan itu sebagai bentuk kekuasaan Allah. Dia pun memasrahkan diri kepada Allah. Dia langsung memohon ampun di depan Baitullah. Nuruddin masih berdoa sembari sesekali mengucapkan takbir.

 "Allahu akbar, Allahu akbar," kata dia.

Tiba-tiba, terdengar bunyi benda terjatuh. Lalu, dhuarr!! Sebuah besi baja berwarna merah terjatuh di pinggir area mataf. Mataf, yaitu tempat mengelilingi kabah. Dia menoleh ke sumber suara. 

Ketika berbalik, sebuah benda mengenai kepalanya. "Saya seperti ditampar di bagian kepala. Saya juga enggak ngerti. Saya enggak tahu apa yang mengenai kepala saya," kata Nuruddin.

Nuruddin menyatakan, sangat menyadari kejadian yang terjadi pada dirinya. Namun, dia tidak mengetahui benda yang mengenai kepalanya karena kejadiannya terlau cepat.

"Semua kejadian itu berlangsung sangat cepat," kata guru teknik informatika di sekolah Muhammadiyah, Surabaya ini.

Penanganan Nuruddin berlangsung cepat. Tenaga medis di Rumah Sakit Al Noor menjahit tiga luka di bagian kepala. "Panjang, agak pendek, dan pendek," ujar dia sembari menunjukkan jarinya di dahi.

Nuruddin tidak sampai dirawat di rumah sakit. Beberapa jam setelah kejadian, dia langsung pulang. Ketika hendak pulang ke pemondokannya di Syisyah, dia sempat melihat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang baru tiba di rumah sakit. 

Tanpa banyak pikir, dia langsung memeluk Lukman. Dia meminta Lukman mendoakaan jamaah haji asal Indonesia.

Satu hari pascakejadian, Nuruddin mengatakan, tidak pernah menganggap kejadian itu sebagai musibah. Menurut dia, Allah sedang menunjukkan kekuasaannya di hadapan jamaah haji asal Indonesia. 

"Mungkin ada niat kami yang belum benar," kata dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement