REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI) menunjukkan pelambatan pada Bulan Juli 2015 dibandingkan bulan sebelumnya. Meski begitu dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), sektor konsumer masih dinilai bisa bertahan.
"Kalau dilihat kinerja emiten di sektor konsumer itu masih terhitung baik ya. Saham-saham Indofood dan Unilever misalnya itu masih bagus," kata Analis PT. Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo ketika dihubungi Republika.co.id, Ahad (13/9).
Berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia (BEI) kinerja saham di sektor konsumer memang yang paling tidak mengalami penurunan tajam. Secara Year to Date (YtD), indeks saham sektor konsumer meskipun turun masih yang terbaik karena hanya minus 6,49 persen. Hal itu terbukti ketika dibandingkan penurunan saham secara YtD di sektor tambang yang sampai minus 35,44 persen.
Saat ini, Satrio menambahkan, kondisi perekonomian memang sudah dinilai buruk. Namun, soal ke depannya, setelah rilis data penjualan ritel yang anjlok ini keluar, sentimen pasar masih harus berhadapan dengan isu kenaikan suku bunga The Fed.
"Apakah memang nanti jadi tambah anjlok atau tidak kita masih tunggu ya keputusan The Fed. Jika bunga, tapi naik respons pasar tetap positif, kita akan masuk bull jangka pendek. Tapi jika reaksi jelek, kondisi bisa lebih runyam," jelasnya.
Sementara, Analis NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada mengakui, konsumsi masyarakat bisa menjadi tanda-tanda perekonomian sedang melambat. Namun, ia masih melihat sektor konsumer tetap akan bertahan di tengah setimen pasar yang negatif. Menurutnya, invetasi saham di sektor konsumer periode saat ini masih cenderung aman.
"Konsumer kita memang naik secara nilai, tapi retail sells memang sempat menurun, kemampuan daya beli kita menurun," katanya.