Oleh: Harun Husein
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah masjid yang dirusak dan dihancurkan sudah lebih dari 400 unit. Amnesti Internasional menyaksikan sendiri kerusakan-kerusaan itu saat mengunjungi kota dan desa di Afrika Tengah, mulai dari Bangui, Yaloké, Bosemptélé, Boali, Boali Poste, Bos sembélé, Baoro, Bouar, Zawa, Mbaiki, Bo boua, Bomandoro, Boudjoula, Zalingo, Bogueré, Bambio, Mambélé, Balego, Bania, Yamando, Berberati, Carnot, Irmabaro, Zaorosongou, Guen and Gadzi.
"Kebanyakan kota-kota memiliki lebih dari satu masjid yang dihancurkan. Pada November 2014 hingga Mei 2015, aktivis Amnesty menyaksikan 50 masjid dirusak atau dihancurkan."
Sejumlah masjid benar-benar rata dengan tanah, sehingga tak ada lagi tanda bahwa masjid pernah berdiri di sana, seperti di kawasan jalan utama Bimbo atau di pinggiran Bangui. "Tidak satu pun masjid di luar beberapa kantong yang dilindungi pasukan perdamaian PBB yang tak dijarah. Tidak ada lagi Alquran, berbagai peralatan ritual, karpet, dan pintu."
Kendati Muslim telah meninggalkan rumah, desa, dan pemukimannya, namun penghanuran masjid terus berlangsung. Masjid di Zaorosongou, di timur Carnot, misalnya, dihancurkan April 2015 lalu meski tak ada lagi Muslim di sana. Anti Balaka khawatir Muslim akan kembali, sehingga menghancurkan masjid itu, agar Muslim tak kembali lagi.
Utusan AS di PBB, Samantha Power, saat mengunjungi Afrika Tengah pada Maret lalu,menilai apa yang terjadi di sana sebagai 'gila' dan 'menakutkan'. Betapa tidak, hanya beberapa bulan, 417 masjid dihancurkan. Dia tidak membayangkan apa yang terjadi jika pasukan perdamaian PBB dan pasukan Perancis ditarik dari sana. Muslim yang tinggal di kantong-kantong yang dijaga pasukan PBB disebutnya sebagai komunitas yang terancam.
"Wanita Muslim khawatir mengenakan kerudung saat meninggalkan komunitasnya. Saat melahirkan, mereka akhirnya memilih melahirkan di rumah daripada di rumah sakit," kata Samantha seperti dikutip Aljazeera.