REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Universitas Jayabaya Igor Dirgantara menyiratkan tidak etis jika bergabungnya Partai Amanat Nasional dengan pemerintah berujung untuk menggantikan menteri dari Partai Hanura.
"Kalau PAN mengisi kursi meneri Hanura itu istilahnya 'jeruk makan jeruk' apalagi PAN bergabung karena dijembatani oleh pak Wiranto (Ketum Hanura)," kata Igor Dirgantara dihubungi dari Jakarta, Senin (14/9).
Meskipun demikian, Igor menilai hal itu bisa saja terjadi lantaran Hanura merupakan partai dalam kabinet yang perolehan suara legislatifnya paling kecil. "Dan jika itu memang terjadi maka Menteri Perindustrian Saleh Husin yang berpeluang digeser dari pada Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi," nilai dia.
Yang jelas, pandang Igor, bergabungnya PAN dengan pemerintah beraroma politik dagang sapi yang amat kental, karena opsi untuk bergabung dengan pemerintah tidak diputuskan melalui mekanisme rakernas atau kongres partai.
"Pastinya tidak ada makan siang gratis. Keputusan bergabung tidak diambil melalui rakernas atau kongres partai, tetapi melalui jalur 'trio macan' elitenya yaitu Zulkifli Hasan, Sutrisno Bachir, Amien Rais, dan dilakukan di saat kondisi ekonomi Indonesia sedang melemah," tutur Igor.
Dia mengatakan momentum dan manuver PAN bergabung dengan pemerintah bukan di saat kondisi normal, artinya PAN memiliki "bargaining" kuat, dan sangat dimungkinkan ada desain besar yang halus sejak awal terpilihnya Zulkifli Hasan, yang didukung oleh Sutrisno bachir dan Amien Rais, untuk berbalik haluan mendukung pemerintah dan meninggalkan KMP.
"Apalagi ada simbiosis mutualisme, pemerintah butuh PAN untuk memperkuat posisinya di parlemen, sementara PAN butuh posisi di pemerintahan karena pragmatisme dan kurangnya 'amunisi' pascatersingkirnya Hatta Rajasa," jelas dia.
Dia memperkirakan masuknya PAN ke pemerintah diliputi skenario bagi-bagi jabatan kementerian teknis di pemerintahan, sehingga indikasi "reshuflle" atau perombakan kabinet jilid kedua menurutnya, tinggal menunggu waktu.