Senin 14 Sep 2015 15:53 WIB

Sebanyak 33 Desa di Yogyakarta Rawan Tsunami

Rep: C97/ Red: Ilham
tsunami/ilustrasi
tsunami/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, Heri Siswanto mengatakan, sebanyak 33 desa di DIY rawan terdampak tsunami. Daerah tersebut merupakan wilayah bibir pantai di tiga kabupaten, yakni Kulonprogo, Bantul, dan Gunungkidul.

Adapun rincian datanya, Kulonprogo terdiri dari tiga kecamatan dengan 10 desa. Bantul sebanyak lima desa di tiga kecamatan. Sedangkan Gunungkidul 18 desa di enam kecamatan.

"Kami memprediksi potensi warga yang terdampak tsunami di wilayah tersebut sebanyak 100 ribu orang," kata Heri pada Workshop penguatan UPT BMKG dan BPBD dalam memahami rantai peringatan dini tsunami di Kantor BMKG, Jalan Wates Km 8, Gamping, Sleman (14/9).

Menurutnya stunami di daerah-daerah tersebut bisa terjadi dengan kekuatan gempa berskala tujuh sampai delapan richter. Gempa yang timbul dapat menyebabkan stunami setinggi 11 meter dan mampu menjangkau daratan dua hingga tiga kilo meter.

Namun begitu, Heri menuturkan, ada daerah yang memiliki permukaan datar dan perbukitan di bibir pantai. Sehingga secara geografi beberapa wilayah sudah memiliki pemecah gelombang stunami alami. Maka itu, untuk mengantisipasi kerugian akibat stunami pemerintah akan memasang alat deteksi dini.

"Kami tentu saja membutuhkan bantuan dari instansi teknis seperti BMKG untuk mengurangi dampak kebencanaan," tutur Heri.

Deputi Bidang Geofisika, BMKG, Masturyono mengatakan, instansinya akan masang alat pemantau gempa bernama trimursor di Pundong dan Piungan. Alat tersebut akan bekerja mendeteksi proses pengumpulan energi yang signifikan di beberapa daerah.

Selain itu, alat tersebut mampu mendeteksi perubahan air dan suhunya di kedalaman 100 meter. Saat ini BMKG telah menyebar 169 sensor seismograf pemantau gempa di DIY.

Masturyono menegaskan, wilayah selatan DIY dan Jawa Tengah sangat berpotensi terjadi stunami. Sebab di wilayah tersebut terdapat dua lempengan yang saling bergesekan. Antara lain lempeng Eurasia dan Benua Hindia. "Sampai sekarang pergerakannya masih berlangsung," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement