REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Pencatatan sukuk pemerintah Indonesia di Bursa Nasdaq Dubai menguatkan kepercayaan global terhadap Dubai.
Menteri Urusan Kabinet dan Direktur Pusat Pengembangan Ekonomi Islam Dubai (DIEDC) Mohammed Abdulla al-Gergawi menyampaikan, pencatatan sukuk Indonesia di Bursa Dubai merupakan langkah awal menguatkan upaya Dubai menjadi pusat ekonomi Islam dunia.
''Pencatatan sukuk Indonesia ini akan berperan penting untuk menarik sukuk-sukuk dari seluruh wilayah lain dan menguatkan kepercayaan terhadap Dubai,'' kata al-Gergawi seperti dilansir Khaleej Times, Ahad (13/9).
Ini sekaligus membuktikan kepada komunitas global, sukuk bisa dimanfaatkan sebagai alat investasi dalam rencana pembangunan jangka menengah dan panjang.
Volume sukuk yang dicatatkan di Bursa Nasdaq Dubai pada 2014 mencapai 13,4 miliar dolar AS. Sejak awal 2015 hingga saat ini, volume sukuk yang dicatat mencapai 12,6 miliar dolar AS.
Juli lalu, Dubai unggul dalam volume pencatatan sukuk yang mencapai 36,7 miliar dolar AS, disusul Bursa Malaysia dan Zona Perdagangan Bebas Labuan 26,6 miliar dolar, Bursa Efek Irlandia 25,7 miliar dolar AS dan Bursa Efek London 25,1 miliar dolar AS.
Direktur Nasdaq Dubai Abdul Wahed Al Fahim mengatakan pencatatan ini akan memperkuar hubungan Dubai dengan para investor internasional dan regional. Nasdaq Dubai juga mendukung aktivitas pendanaan oleh pemerintaah maupun swast yang bersumber dari instrumen keuangan Islam di berbagai sektor di seluruh dunia.
Mereka berkomitmen untuk mengembangkan inovasi dan produk yang menghubungkan banyak sektor pasar modal.
Indonesia mencatatkan sukuk senilai 22 miliar dirham (sekitar enam miliar dolar AS) di Bursa Nasdaq Dubai pada Ahad (13/9). Ini merupakan nilai sukuk pemerintah terbesar yang pernah ditangani Bursa Dubai sebagai salah satu pusat keuangan Islam.