REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masih dari deretan negara bekas Uni Soviet, Chechnya merupakan wilayah mayoritas Muslim di negara federasi Rusia. Negara yang terletak di pegunungan Kaukasus Utara ini terbilang masih muda.
Republik Chechnya memproklamasikan kemerdekaan pascakeruntuhan Uni Soviet 1991, kendati tidak mendapat pengakuan PBB hingga 2004. Identitas Chechnya saat ini tidak dapat dipisahkan dari konteks tradisi Islam.
Amjad Jaimoukha dalam The Chechens: A Handbook mengatakan, ada banyak versi masuknya Islam ke Chechnya. Versi yang paling banyak diterima menyebutkan, Islam masuk ke Chechnya dari Dagestan pada abad ke-17.
Islamisasi kemudian mendapat momentum pada paruh pertama abad kesembilan belas.
Mayoritas Chechen menganut mahzab Syafi'i. Sebagian mengamalkan tasawuf, khususnya tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, dan Syadziliyah. Di negara ini, Islam berangkulan mesra dengan tradisi setempat.
Kombinasi itu meneguhkan identitas dan semangat untuk bersatu dengan masyarakat Muslim lain di wilayah Kaukasus Utara dalam perjuangan melawan imperialisme Rusia. Hingga kini, Muslim yang tinggal di Chechnya masih menganggap kehadiran Rusia sebagai pendudukan atau kolonisasi atas tanah mereka.
Pengkaji Tatar-Rusia di International Institute of Advanced Islamic Studies (IAIS), Malaysia, Elmira Akh metova dalam "Chechens: Long History of Struggle" menuturkan, hubungan Rusia dan Muslim di wilayah itu terjalin pelik.
Muslim Chechen telah memasok banyak pasukan dalam barisan perta hanan Uni Soviet.
Sepanjang serangan atas pertahanan benteng Brest saja, orang- orang Chechen membentuk sepertiga dari kekuatan lawan Soviet. Ke pahlawanan yang menjadi simbol per lawanan Soviet selama Great Patriotik War. Angin berbalik menghantam kaum Muslim mendekati akhir perang.
Negara-negara Muslim di kawasan itu, seperti Chechnya, Ingushs, Kumyks, Karachays, Balkars, Turki Meskhetian, dan Turki Krimea, dideportasi ke daerah-daerah terpencil di Asia Te ngah atas tuduhan bekerja sama de ngan Nazi selama perang.
Banyak dari mereka yang dideportasi tidak dapat bertahan di tengah perjalanan musim dingin, mati kelaparan, atau terkena penyakit. Akibatnya, penduduk Chechnya berkurang hampir sepertiga populasi.