REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pelemahan nilai rupiah berdampak negatif terhadap aktivitas pengrajin batik di Kota Sukabumi. Sebab sebagian bahan baku harus impor dari negara lain.
"Dampaknya, kita kesulitan untuk mendapatkan bahan baku seperti kain mori atau kain putih," ujar salah seorang pengrajin batik Sukabumi Irma Silvya kepada wartawan Selasa (15/9).
Selain itu bahan baku seperti air keras juga sulit ditemukan. Menurut Irma, sebagian jenis kain memang harus impor karena jarang ditemui di dalam negeri. Sehingga pelemahan nilai rupiah berpengaruh besar pada kegiatan usahanya.
Selain berpengaruh pada bahan, ujar Irma, kenaikan dolar AS juga menyebabkan gaji para karyawan juga dinaikkan. Di mana, saat ini honor para pekerja naik dari Rp 50 ribu menjadi Rp 70 ribu per harinya. Kondisi ini lanjut Irma berpengaruh pada naiknya harga batik khas asal Kota Sukabumi tersebut. Namun, kenaikan harga ini dinilai tidak akan berpengaruh pada jumlah pembelian dari warga.
Dalam sehari ungkap Irma, ia mampu memproduksi sebanyak enam kodi atau 240 meter batik cap. Sementara untuk batik tulis dapat dihasilkan sebanyak dua lembar kain per tiga hari yang dihasilkan oleh satu orang.
Saat ini sambung Irma, motif batik khas Sukabumi di antaranya yakni daun pisang kole dan buah pala. Motif ini sudah dikenal luas masyarakat Sukabumi.