REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) berencana untuk membuka toko modern di sejumlah daerah perbatasan di Indonesia. Saat ini, Aprindo sedang mempelajari demografi dan barang apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat di perbatasan.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia Roy Nicholas Mandey mengatakan, saat ini masyarakat perbatasan disinyalir berbelanja ke negara seberang karena tidak tersedia toko retail dan harganya cenderung lebih murah. Roy menjelaskan, masyarakat perbatasan lebih banyak membutuhkan barang pokok sehari-hari seperti beras, minyak goreng, gula, dan mie instan.
"Bagi kita gak sulit untuk menerapkan, asalkan populasi dan kebutuhannya jelas, kalau masalah harga kita bisa cari alternatifnya," ujar Roy di Jakarta, Selasa (15/9).
Roy mengatakan, untuk memudahkan pembangunan toko modern di daerah perbatasan diharapkan pemerintah merevisi Surat Edaran Menteri Perdagangan Nomor 1310/M-DAG/SD/12/2014 tentang Perizinan Toko Modern. Pasalnya, dalam Surat Edaran tersebut perizinan toko modern hanya boleh dilakukan di daerah yang sudah memiliki Rencana Desain Tata Ruang.
Padahal, dari sekitar 527 kota/kabupaten baru 8 kota/kabupaten yang mempunyai Rencana Desain Tata Ruang. Dengan adanya pembatasan tersebut, maka menyulitkan pelaku usaha untuk ekspansi toko modern di daerah terutama di daerah perbatasan. Akibat pembatasan perizinan itu, sudah ada sekitar 18 persen investasi retail yang tertunda.