Selasa 15 Sep 2015 20:44 WIB

'Investasi Kilang Minyak dan Petrokimia Harus Satu Paket'

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Djibril Muhammad
Kilang minyak
Kilang minyak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Koordinator Gas Industri Kadin Indonesia Achmad Widjaja mengatakan, investasi kilang minyak diharapkan dapat dilakukan satu paket dengan industri petrokimia. Hal tersebut dapat mengurangi impor bahan baku industri yang selama ini masih tinggi.

 

"Kalau investasi kilang minyak tidak satu paket dengan industri petrokimia maka Indonesia tidak akan mendapatkan benefit untuk industrialisasinya," kata Achmad di Jakarta, Selasa (15/9).

Menurut Achmad, apabila tidak dilakukan secara satu paket, dikhawatirkan produk hulu akan hilang di tengah jalan sehingga tidak bisa menyuplai industri hilir dan industri antara.

Misalnya saja di industri keramik untuk melakukan glasur perlu impor, selain itu bahan baku untuk oleochemical juga masih banyak impor sehingga industri petrokimia harus dikuatkan dan terintegrasi antara industri hilir ke hulu.

Pemerintah diharapkan tidak hanya membangun industri hulu dan hilir saja, namun juga harus memperhatikan industri antara.

Sebab, selama ini industri hulu banyak dimonopoli asing dan produknya sebagian besar langsung dijual, sehingga industri antara tidak memiliki keterlibatan.

Achmad menjelaskan, skema yang diusulkan yakni apabila ada industri petrokimia di hulu dengan investasi di atas 100 miliar dolar AS maka pemerintah Indonesia harus ikut andil.

Selain itu, Indonesia juga harus ikut campur terhadap investor yang mengandalkan investasi dengan sumber daya alam. Menurut Achmad, skema ini berlaku bagi investasi dengan nilai yang besar yakni antara 100 miliar dolar AS sampai 200 miliar dolar AS.

"Industri hulu banyak dimonopoli oleh asing, dan Indonesia harus ikut campur jangan hanya jual gali saja," kata Achmad.

Achmad mengatakan, industri pengolahan saat ini sudah cukup paran dan mulai hilang. Pasalnya, industri petrokimia banyak yang di ekspor sehingga industri hilir kekurangan bahan baku. Selain itu, dengan skema tersebut diharapkan akan menurunkan harga gas bagi industri mencapai 5 dolar AS/mmbtu.

Achmad berharap, harga gas industri tidak hanya ditujukan bagi industri pupuk saja namun juga industri lainnya seperti tekstil, makanan dan minuman, serta kaca.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement