Kamis 17 Sep 2015 00:44 WIB

Dampak Kabut Asap, Pemkab Dharmasraya Tetapkan Darurat Asap

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Hazliansyah
  Pekerja mengoperasikan alat berat untuk mengambil pasir dari Sungai Batanghari yang tertutup kabut asap di Jambi, Rabu (9/9).    (Antara/Wahyu Putro A)
Pekerja mengoperasikan alat berat untuk mengambil pasir dari Sungai Batanghari yang tertutup kabut asap di Jambi, Rabu (9/9). (Antara/Wahyu Putro A)

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Dharmasraya, Sumatra Barat (Sumbar) menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari akibat semakin pekatnya dampak kiriman kabut asap dari provinsi tetangga.

"Ya, kita telah menetapkan tanggap darurat asap sejak 15 hingga 28 September 2015, melalui keputusan Bupati Dharmasraya," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Dharmasraya, Suwandi, Rabu (16/9).

Ia menjelaskan, akibat kabut asap yang semakin tebal dan mengakibatkan kualitas udara yang semakin memburuk di Kabupaten Dharmasraya. Menurutnya, kabut asap tersebut berasal dari kebakaran hutan dan lahan di provinsi tetangga. Apalagi, kabupaten ini bersebelahan langsung dengan Provinsi Jambi.

"Selain asap kiriman provinsi tetangga, di sini juga terjadi kebakaran lahan," ungkap Suwandi.

Dikatakannya, hampir setiap hari ada titik api di Kabupaten Dharmasraya. Menurut Suwandi, saat musim kemarau areal tersebut rentan mengalami kebakaran.

"Sudah tiga bulan tidak ada hujan. Baru semalam. Tapi tak merata. Makanya tak berpangaruh betul," jelasnya.

Selama status tangap darurat, lanjut Suwandi, masyarakat diminta untuk tidak banyak beraktifitas di luar rumah. Dikhawatirkan kabut asap akan berdampak kepada kesehatan.

Sementara itu, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Dharmasraya, Rahmadian menuturkan, kualitas udara di daerahnya semakin hari terus memburuk, bahkan berada pada kategori sangat tidak sehat. Tingkat konsentrasi aerosol atau partikel debu (PM10) di Kabupaten Dharmasraya, mencapai 388,89 mikrogram per meter kubik.

"Sudah sangat tidak sehat. Ini membahayakan bagi kesehatan masyarakat," kata Rahmadian.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement