REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Padang Panjang akan memindahkan Warning Receiver System Digital Video Broadcast (WRS DVB) yang berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai ke sejumlah daerah rawan gempa lainnya di Sumatra Barat (Sumbar).
Kepala BMKG Kelas I Padang Panjang, Rahmat Triyono mengatakan, di Sumbar hanya ada 15 WRS DVB milik BMKG. Alat tersebut tersebar di sejumlah daerah, seperti Kota Padang, Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Agam, dan Kepulauan Mentawai.
"Terbanyak memang di pasang di Mentawai, ada lima unit. Tapi kita akan relokasi ke daerah lain yang rawan bencana, namun belum terpasang DVB," kata dia, Kamis (17/9).
Ia menjelaskan, daerah yang rawan gempa namun belum terpasang DVB seperti, Tanah Datar, Solok dan Solok Selatan. Ketiga daerah tersebut, lanjutnya, berada di patahan semangka. Dikatakannya, upaya merelokasi DVB, merupakan upaya diseminasi informasi kebencanaan. Sehingga, Rahmat mengatakan, saat terjadi bencana, masyarakat lebih cepat menerima informasi. Serta, pemerintah daerah (pemda) sebagai pengambil kebijakan, lebih cepat dalam menentukan sikap saat terjadi bencana.
Rahmat mengatakan, saat ini pihaknya tengah mengusulkan penambahan DVB pada Bapennas. "Kita menargetkan minimal di setiap kabupaten/kota di Sumatra Barat terpasang satu unit DVB. Saat ini kita baru punya 15," lanjutnya.
Seperti diketahui, WRS DVB merupakan alat yang menerima dan memproses informasi apabila terjadi bencana, seperti gempa bumi, tsunami, cuaca ekstrim hingga kabut asap. Mekanisme kerjanya, DVB server, yaitu Stasiun Geofisika akan mengirim informasi ke WRS DVB di daerah, yang selanjutnya informasi diteruskan ke pihak pengambil keputusan, media dan elemen masyarakat melalui pesan singkat.
Sebagai upaya mengantisipasi terjadinya bencana, Rahmat menambahkan, BMKG telah memasang enam sirene peringatan dini gempa-tsunami di wilayah pesisir barat Sumatra Barat.