Kamis 17 Sep 2015 19:26 WIB

Harga Ayam Masih Jatuh, Peternak Tunggu Solusi Pemerintah

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
?Pedagang sedang menjual ayam potong di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (20/8).   (Republika/Tahta Aidilla)
?Pedagang sedang menjual ayam potong di pasar Kramat Jati, Jakarta, Kamis (20/8). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peternak ayam ras masih menunggu langkah pemerintah mengkatrol harga ayam yang jatuh cukup tajam. Seperti diketahui, harga ayam di pasar mengalami kejatuhan di angka Rp 15 ribu per kilogram. Harga tersebut di bawah harga pokok produksi (HPP) Rp 17 ribu per kilogram.

"Sudah tiga pekan ini harganya di bawah HPP, harganya Rp 10-12.500 per kilo," kata peternak kecil sekaligus Pengamat Perunggasan Joko Susilo kepada Republika.co.id pada Kamis (17/9). Ia juga merupakan Ketua Bidang Advokasi Ikatan Sarjana Pertanian Indonesia (ISPI).

Sampai saat ini, para peternak masih mengantisipasi dampak kejatuhan harga tersebut secara mandiri. Langkah solusi dari pemerintah sama sekali belum mereka rasakan. Dikabari soal rencana pemerintah yang ingin melakukan pengaturan pasokan dengan cara memusnahkan enam juta bibit ayam pun, Joko mengaku belum merasakan dampaknya di kalangan peternak kecil.

Ia mengaku tak tahu pasti penyebab anomali harga ayam yang mendadak tergelincir lantas jatuh. Jika ada kelebihan pasokan, seharusnya hal tersebut bisa diantisipasi oleh para peternak ayam ras skala besar serta pemerintah sebagai pemegang izin produksi kepada perusahaan. Ia pun mendukung langkah pemerintah dan pengusaha yang ingin melakukan pemangkasan bibit ayam. Meskipun dampaknya belum terasa hingga hari ini.

Sembari menunggu solusi pemerintah, langkah antisipasi mandiri dilakukan dirinya dan peternak kecil lain. Caranya yakni dengan memotong ayam-ayam yang telah dipanen untuk dijual menjadi daging ayam.

Itu dilakukan sebab harga daging ayam masih stabil di harga Rp 26-30 ribu per kilogram. "Kita juga melalukan panen lebih awal serta berkoordinasi drngan para penjual daging ayam," katanya. Koordinasi dibangun atas dasar saling percaya dan saling bantu di tengah situasi sulit.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Muladno Bashar menyebut, pemusnahan enam juta bibit ayam ras untuk mengendalikan harga memang belum dieksekusi. Lantas, dampaknya pun belum bisa dirasakan pasar.  "Belum, harus bikin SOP nya dulu," ujarnya. Ia berharap pelaksanaan pemusnahan bibit ayam dilakukan secepatnya tanpa menyebut target waktu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement