Kamis 17 Sep 2015 23:19 WIB

Benih Cabai Tahan Kemarau Diluncurkan

Rep: Budi Raharjo/ Red: Yudha Manggala P Putra
Cabai
Foto: dok republika
Cabai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ancaman makin berkurangnya lahan pertanian untuk tanaman cabai dan musim kemarau panjang masih menghantui produksi cabai nasional. Dibutuhkan benih unggul yang mampu menghasilkan cabai lebih banyak dan mampu bertahan di musim kemarau sekalipun.

Berdasarkan kebutuhan tersebut, PT East West Seed Indonesia (Ewindo) memperkenalkan benih cabai keriting Laba F1. Managing Director Ewinda Glenn Pardede mengatakan benih cabai Laba F1 memiliki potensi produksi hingga 20 ton per hektare dan sanggup bertahan di musim kering. "Produktivitas benih ini jauh di atas rata-rata cabai nasional," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (17/9).

Peluncuran varietas unggul cabai Laba F1 dilakukan Ewindo di Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur. Glenn mengatakan pasokan benih unggul berkualitas tinggi masih terbatas. Padahal pasokan benih unggul ini dibutuhkan petani untuk mengatasi penyusutan lahan pertanian cabai yang terjadi setiap tahun.

Tahun ini diperkirakan luas area panen cabai besar diperkirakan turun mengingat banyaknya petani yang memanfaatkan lahannya untuk menanam padi. Sementara, musim kering diperkirakan berlangsung panjang menyusul dampak Elnino sehingga mengancam produktivitas cabai besar nasional. Glenn mengutip data Kementerian Pertanian bahwa rata-rata produktivitas cabai besar nasional tahun 2014 sekitar 8,3 ton per hektare.

Dibandingkan tahun 2013, produktivitas tanaman cabai besar hanya tumbuh 2,2 persen. Adapun, area panen cabai besar nasional tahun 2014 luasnya sekitar 128 ribu hektare dan cenderung tidak berubah banyak dari tahun ke tahun. Sedangkan, cabai Laba F1 mampu berproduksi optimal apabila dibudidayakan di dataran rendah dan menengah.

Buah cabai Laba F1 memiliki daging merah dan tebal. Biji terisi penuh sehingga rasanya sangat pedas, tidak mudah susut dan tahan terhadap pengangkutan jarak jauh. Glenn menyatakan cabai Laba F1 juga tahan terhadap serangan jamur dan bakteri penyebab penyakit. "Seperti jamur phytopthora capsici penyebab busuk akar dan bakteri ralstonia solanacearum penyebab layu," kata dia.

Penyakit layu sangat menakutkan bagi petani karena dapat menyebabkan tanaman mati dan gagal panen. Bahkan, kata Glenn, kalau serangan layu sangat parah, kematian tanaman bisa mencapai 70 persen. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement