Jumat 18 Sep 2015 10:14 WIB

Belanja Makin Cepat, Penerimaan Negara Masih Melempem

Rep: Satria Kartika Yudha/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Komplesk parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/9).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengikuti Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI di Komplesk parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyampaikan defisit anggaran hingga 31 Agustus 2015 mencapai Rp 186,7 triliun atau 1,60 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Defisit terus melebar karena serapan belanja pemerintah semakin cepat, sementara penerimaan masih melempem.

Bambang merinci belanja negara sudah terealisasi Rp 1.054,2 triliun atau 53,1 persen dari pagu Rp 1.984,1 triliun. Serapan belanja ini lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu Rp 1.049,2 triliun.

Sedangkan pendapatan negara baru tercapai Rp 867,5 triliun dari target Rp 1.761,6 triliun. Berbeda dengan realisasi belanja, realisasi pendapatan masih lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 931,4 triliun.

"Belanja pemerintah sudah bagus. Namun memang penerimaan masih menghadapi banyak tantangan. Kita harus upayakan lebih keras penerimaan dari pajak, bea cukai, maupun PNBP," kata Bambang dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (17/9).

Dari sisi pengeluaran, realisasi belanja terbantu oleh tingginya realisasi transfer ke daerah dan dana desa yang jumlahnya mencapai Rp 432,9 triliun atau 65,1 persen dari pagu. Sedangkan belanja pemerintah pusat yang terdiri dari belanja kementerian/lembaga (K/L) dan non-K/L terealisasi Rp 621,3 triliun atau 47,1 persen dari pagu.

Sedangkan dari sisi pendapatan khususnya penerimaan perpajakan, kata Bambang, pemerintah cukup terbantu dengan tingginya penerimaan pajak nonmigas. Pajak nonmigas sudah terkumpul Rp 562,3 triliun atau 51 persen dari target. Jumlah ini lebih tinggi dari realisasi periode sama tahun lalu Rp 537,2 triliun.

Pajak nonmigas menjadi satu-satunya penerimaan perpajakan yang kinerjanya lebih bagus ketimbang periode sama tahun lalu. Sedangkan pajak penghasilan migas (PPh) dan penerimaan bea dan cukai masih lebih rendah.

"PPh migas jelas turun karena harga minyak turun. Bea cukai juga sedikit di bawah karena kita hanya bisa menarik bea keluar dari konsentrat yang harganya juga lebih rendah," ujar Bambang.

Dengan belum maksimalnya penerimaan dan semakin cepatnya belanja, defisit anggaran dipastikan melebar dari target sebesar Rp 222,5 triliun atau 1,90 persen dari PDB. "Seperti yang sudah kami sampaikan sebelumnya, defisit anggaran dilebarkan menjadi kisaran 2,2 persen," ucap Bambang.

Pemerintah pun sudah menarik pembiayaan lebih besar dari pagu untuk menutupi defisit anggaran. Bambang megatakan, pembiayaan anggaran yang sudah ditarik pemerintah mencapai Rp 246,8 triliun. Lebih tinggi dari pagu yang ditetapkan dalam APBNP 2015 sebesar Rp 222,5 triliun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement