Jumat 18 Sep 2015 15:58 WIB

Ekspor ke Cina Mandeg, Petani Cincau Kelimpungan

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pedagang Cincau
Foto: Antara
Pedagang Cincau

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Ribuan petani cincau di berbagai wilayah eks Karesidenan Banyumas, dipastikan kelimpungan. Ekspor daun cincau yang selama ini dikirim ke Cina, sejak sebulan sebulan silam terhenti total. Daun cincau yang semula dihargai  Rp 5 ribu per kg oleh tengkulak yang mengumpulkan daun cincau untuk kebutuhan ekspor, saat ini tidak laku sama sekali.

Seperti di Kabupaten Purbalingga, petani cincau di wilayah tersebut saat ini hanya bisa pasrah dengan kondisi tersebut. ''Saat daun cincau masih dibeli tengkulak, sebenarnya lumayan. Dengan menjual daun cincau sebanyak 10 kg saja sehari, bisa dapat uang Rp 40 ribu sampai Rp 50 ribu. Sekarang, dijual Rp 5 ribu per 10 kg di pasar saja, susah,'' kata Wahono (58), petani Cincau di Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, Jumat (18/9).

Muhajirin (45), salah seorang pengepul daun cincau untuk kebutuhan ekspor, mengakui ekspor cincau ke Cina memang terhenti total sejak sekitar sebulan lalu. Pelemahan ekonomi yang terjadi negeri tersebut, menyebabkan impor daun cincau dihentikan.

''Saya hanya salah satu dari pengepul daun cincau di Kabupaten Purbalingga, untuk kemudian dikirimkan ke ekport Cina melalui ekesportir di Semarang. Sejak sebulan lalu, eksportir menghentikan pengiriman ke Cina, sehingga pengiriman dari Purbalingga juga terhenti,'' katanya.

Menurutnya, ketika ekspor daun cincau ke Cina masih berjalan, setiap bulan dia bisa mengirim daun cincau dari Purbalingga sebanyak 60 ton per bulan. Pengiriman dilakukan sepekan sekali, dimana setiap pekan saya bisa mengirim satu kontainer ke eksportir Semarang.

''Daun cincau tersebut, di tangan eksportir dibeli dengan harga cukup tinggi. Sekitar Rp 8.000 per kg,'' jelasnya. Dengan tingkat harga tersebut,  setiap bulan dia bisa mencapatkan pembayaran dari eksportir senilai Rp 480 juta per bulan. Sedangkan para petani, mendapat harga penjualan daun cincaunya senilai lebih dari Rp 250 juta.

Namun sejak sebulan terakhir, ekspor cincau ini terhenti sehingga ribuan petani yang tadinya bisa memperoleh tambahan pendapatan dari bertani cincau, tidak lagi mendapatkan hasil dari tanaman tersebut.

Muhajirin mengaku kondisi serupa juga dialami para pengepul daun cincau di daerah-daerah lain wilayah eks Karesidenan Banyumas, seperti dari Kabupaten Banjarnegara dan Purbalingga. ''Dari informasi yang saya peroleh, semua eksportir daun cincau baik yang ada di Semarang, Surabaya, maupun Jakarta, menghentikan pasokannya karena ekspor ke Cina terhenti,'' jelasnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, dia memastikan, seluruh petani di wilayah eks Karesidenan Banyumas, tidak lagi bisa mendapatkan uang dari bertani daun cincau. Padahal selama ini, ada ribuan petani cincau di wilayah tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement