REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keberadaan sopir tembak angkutan umum tak lepas dari peran preman jalanan. Preman-preman jalanan justru mengkoordinir sopir tembak bagi bus atau mikrolet.
Ketua Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengatakan, preman menjadi pihak yang memasukkan sopir-sopir tembak. Bahkan, tak jarang sopir aslinya justru diancam untuk menyerahkan kendaraannya ke sopir tembak.
"Banyak laporan soal sopir tembak. Keberadaannya nggak lepas dari koordinir preman jalanan juga. Malahan sopir aslinya justru diancam kasih kemudi ke sopir gadungan," kata Shafruhan kepada Republika.co.id, Jumat (18/9).
Kondisi ini disebutnya lantaran preman meminta jatah dari hasil setoran sopir tembak. Istilahnya memaksa berbagi lahan demi saku pribadi.
Keberadaan preman dan sopir tembak ini yang dinilainya sulit tertangani. Apalagi pihaknya hanya merupakan organisasi yang tidak bisa menindak secara yuridis (hukum).
Namun, jika kepolisian serius menangani, maka maraknya keberadaan sopir palsu bisa diminimalisir. Mengingat jumlah sopir tembak bisa mencapai 60 persen. Ini didasarkan atas laporan yang pernah masuk ke Organda DKI, khususnya untuk bus dan mikrolet.