REPUBLIKA.CO.ID, SUKADANA, KALBAR -- Sejumlah warga Unit permukiman transmigrasi (UPT) Rantau Panjang, Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat, yang menjadi korban bencana kabut asap masih mengungsi di gedung PNPM Dusun Parit Timur, wilayah desa setempat.
Mereka mengungsi sejak Selasa (15/9) dan hingga kini masih tinggal sementara di gedung tersebut.
Di antara warga yang mengungsi tersebut terdapat bayi berusia 16 hari bernama Hafidzah yang dibawa ibunya Anisa (22) warga RT 8 transmigran UPT Rantau Panjang.
Saat ditemui di lokasi pengungsian, Jumat, Anisa mengatakan dirinya ikut mengungsi karena tidak ada pilihan lain untuk tetap bertahan. Rumah dan sekitarnya sudah dikepung asap dari lahan yang terbakar dan lokasinya tidak jauh dari ia tinggal.
"Di sana banyak asap, tidak mampu lagi, kasihan anak saya," katanya.
Anisa menambahkan, selain bayi perempuannya itu, masih ada bayi pengungsian lainnya dengan usia beberapa bulan. Anisa bersama pengungsi lain menjadi prioritas yang dievakuasi, termasuk dua ibu hamil yang saat ini sudah berada di posko pengungsian.
Sementara itu, koordinator Pengungsian Andriadi menjelaskan, saat ini sudah dibentuk 2 posko pengungsian yakni posko anak-anak dan ibu-ibu di gedung PNPM Desa Rantau Panjang dan Posko TR 7 untuk para pengungsi laki-laki yang masih bersiaga menjaga dan melakukan pemadaman api.