REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Fatayat NU, sayap organisasi perempuan muda Nahdlathul Ulama (NU) menyelenggarakan Kongres ke-15 di Surabaya pada 18 hingga 20 September. Sekitar 450 pemilik suara, terdiri dari delegasi pimpinan wilayah dan pimpinan cabang, akan merumuskan program Fatayat NU serta memilih pengurus pusat untuk lima tahun ke depan.
Ketua Umum PP Fatayat NU Ida Fauziyah dalam sambutannya menyampaikan, iklim demokrasi di Indonesia saat ini sudah memberikan kesempatan yang terbuka bagi perempuan untuk menempati posisi pengambil kebjakan hampir di semua bidang. Hal tersebut, kata, Ida, adalah pencapaian yang layak disyukuri.
Meski begtu, Ida menyampaikan, masih banyak perempuan Indonesia yang hidup dalam posisi yang termarjinalkan. Hal itu, kata Ida, karena rendahnya akses perempuan Indonesia terhadap sumber-sumber ekonomi dan layanan pendidikan.
Menurut Ida, fatayat NU menyadari, pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. “Pemerintah tidak mungkin bisa menyelesaikan seluruh persoalan itu sendiri, maka harus dibantu masyarakat. Kami akan terus ambil bagian dengan mendidik para permpuan muda untuk melek hukum dan politik serta memperjuangkan ide-ide perebuahan yang berprespektif jender,” ujar Ida.
Menurut Ida, Kongres ke-15 Fatayat NU akan merumuskan langkah kerja yang berorientasi pada pencapaian tiga tujuan. Tiga tujuan itu, kata Ida, adalah penguatan kapasitas kelembagaan, kapasitas kader dan kapasitas jamaah.
Kongres ke-15 Fatayat NU dibuka Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj. Selain Kiai Aqil, hadir dalam kesempatan tersebut Gubernur Jawa Timur Soekarwo, serta sejumlah kiai NU. Pembukaan Kongres dilangsungkan di Gelanggang Olahraga KONI Jawa Timur.