REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konflik Tolikara yang sering disebut sebagai konflik agama semakin memperlihatkan faktor-faktor lain yang memboncenginya. Atas dasar itu KH Hasyim Muzadi meminta untuk dilakukan investigasi khusus secara faktual untuk menyelesaikan konflik Tolikara tersebut.
"Ini banyak faktor-faktor yang menyatu menjadi satu event. Faktor internasional, politik, ekonomi, dan separatisme keinginan untuk merdeka bisa saja masuk. Konflik bisa diformat apa saja. Maka sejak awal sudah saya minta harus ada investigasi secara cermat dalam menangani kasus ini," tegasnya di kediamannya, Depok ketika menjamu kunjungan tokoh masyarakat dan keluarga korban Tolikara, Sabtu (19/9) malam.
Menurutnya, yang harus menjadi tim investigasi harus berasal dari berbagai pihak yaitu dari kepolisian, kejaksaan dan BIN. Karena menurutnya banyak faktor yang mungkin terselip dalam konflik yang dianggap sebagai konflik agama ini. Dia juga mengatakan bahwa isu agama merupakan isu sensitif yang mudah untuk menyulut masyarakat. Sedangkan untuk membuatnya sangatlah mudah.
Dia kemudian mengaitkan dengan di-launchingnya kartun Muhammad SAW oleh Geert Wilders di Den Haag, Belanda yang bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan, yang saat itu dia juga sedang berada di Den Haag. Sementara peristiwa penyerangan Masjid di Tolikara tersebut terjadi pada 1 Syawal. Bukan tidak mungkin jika kedua event tersebut merupakan sebuah rangkaian.
Dia juga meyakini kemungkinan konflik serupa juga akan terjadi pada momen Idul Adha. Namun dia tidak menjamin formatnya akan tetap sama atau akan dibuat dengan format yang berbeda. Oleh karena itulah kasus ini harus dilihat secara komprehensif dan mendalam melalui investigasi khusus.