REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebuah kelompok terkemuka Muslim Prancis telah mengirimkan para imam untuk melakukan pelatihan di Maroko, sebagai bagian dari program yang bertujuan untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keterbukaan.
"Melalui kerja sama antara Perancis dan Maroko ini, UMF berharap dapat memenuhi kebutuhan mendesak dari pelatihan imam dan pendeta, dan mempersiapkan pada saat yang sama lembaga pelatihan guru pada masa depan untuk dibuat di wilayah Prancis," kata Kepala Uni Masjid di Prancis (UMF) Mohammed Moussaoui, seperti dilansir OnIslam.
Pemimpin UMF itu melakukan kesepakatan pelatihan yang ditandatangani antara Paris dan Rabat, selama kunjungan Presiden Prancis Francois Hollande pada akhir pekan ini untuk negara Afrika Utara.
Pelatihan itu sendiri akan diadakan di Mohammed VI Institute di Rabat. Fasilitas senilai 18 juta euro dan dibuka pada bulan Maret tahun ini, memang dibuat dengan tujuan untuk mendidik para ulama dan imam Muslim dari seluruh dunia.
Menurut deklarasi bersama dari kedua negara, pelatihan akan mempromosikan 'Islam dengan keseimbangan yang tepat' yang sesuai dengan nilai-nilai keterbukaan dan toleransi, yang sepenuhnya berlabuh di nilai-nilai Republik dan sekularisme. "Program pelatihan akan menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang damai di Prancis," ujar Presiden Prancis François Hollande.
Sekitar 50 imam Prancis direncanakan akan terus mengikuti pelatihan setiap tahun. Setelah pelatihan, para imam akan kembali ke negaranya untuk menjalani pelatihan akademis lanjutan, tentang peran dan hak agama di Prancis.
"UMF yakin bahwa pelatihan imam dengan pengetahuan yang diperlukan untuk mempromosikan interpretasi Islam yang seimbang, harus berada di jantung dari setiap program dalam rangka pencegahan dan memerangi ekstremis," ujar Moussaoui.