REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemboikotan berbagai produk Israel dinilai boleh-boleh saja sebagai bentuk perlawanan Indonesia terhadap negara tersebut. Namun perlu dilihat lagi, apakah cara tersebut cukup efektif untuk menghentikan serangan Israel terhadap Masjid Al Aqsa ataupun penduduk Palestina.
Ketua Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Muhammad Natsir Zubaidi mengatakan ada upaya lain yang lebih baik untuk menunjukkan solidaritas Indonesia terhadap Palestina. "Jangan paksakan yang aneh-aneh karena pelaksanaannya sulit. Militansi orang kan berbeda-beda," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (22/9).
Bagi mereka yang sanggup melakukan itu, Natsir tidak melarangnya. Namun demikian, sambungnya, pemerintah tetap harus proaktif dan menunjukkan ketidaksetujuannya pada tindakan Israel. DMI mendesak negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) dan Liga Arab mengambil prakarasa aktif melalui tindakan langkah diplomatik.
Serangan Israel terhadap Palestina tidaklah manusiawi. Hak dasar yang seharusnya dipenuhi seperti hak hidup, hak mendapat pendidikan, hak menganut agama, dan lainnya diabaikan begitu saja. Terlebih lagi serangan tersebut tak luput pada Masjid Al Aqsa yang penuh nilai sejarah bagi kaum Muslim.
"Dalam konteks tradisi dan kesejarahan, Masjid itu pernah jadi kiblatnya umat Islam," kata Natsir. Tidak hanya bagi Muslim, penganut kristiani dan yahudi juga datang ke sana untuk berziarah. Harusnya, ucap Natsir, tidak ada batasan usia siapa saja yang boleh berkunjung ke sana. Usia 50 tahun ke bawah harusnya juga diperbolehkan memasuki Masjid.
Natsir berharap konflik harus segera diselesaikan dengan cara damai, diplomasi yang elegan dan saling hormat-menghormati, baik negara Israel maupun Timur Tengah lainnya. Dia juga berharap pemerintah dan masyarakat Inddonesia harus ikut membangun perdamaian dunia dalam prinsip damai dan keadilan.