REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ahad (20/9) jelang dhuhur, terik matahari membakar Kota Malang. Di tengah lahan kosong di areal persawahan Jalan Telasih, Lowok Waru, sejumlah santriwati Rumah Tahfidz Mahasiswa (RTM) Daarul Qurán menggelar shalat hajat.
Shalat diimami Ustadz Sulistyono, manager fundraising PPPA Daarul Qurán Malang. ''Yang kami hajatkan melalui shalat sunah ini adalah agar musim kemarau panjang di Tanah Air segera berakhir,'' ungkap Ustaz Sulistyono,
Ia berharap, agar hujan segera turun di daerah-daerah yang sudah kekeringan. ''Selain itu agar bencana asap dari kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan serta erupsi Gunung Sinabung Tanah Karo segera berhenti,'' tutur Sulistyono.
Sulistyono menambahkan, shalat hajat yang mereka lakukan juga menyelipkan doá agar Pesantren Tahfidz Daarul Qurán Malang segera terbangun di lokasi shalat sunnah.
Lahan seluas satu hektar di Telasih itu merupakan wakaf dari Ny Dahniar, salah satu donatur setia Daarul Qurán. Tanah tersebut berdampingan dengan areal sawah seluas tujuh hektar milik orang yang sama.
''Lahan diperuntukkan membangun pesantren tahfidz. Kalau masih kurang, akan ditambahi lagi,'' terang Sulistyono. Namun, sudah setahun lahan masih nganggur, lantaran belum cukup biaya untuk memulai pembangunan.
Sambil menunggu dibangunnya pesantren, sementara ini para santri tahfidz mahasiswa belajar di RTM Jalan Kalijaga, Lowok Waru, Malang. Sedang santri tahfidz tingkat SMP-SMA di Rumah Tahfidz Putri Sukun, dan Rumah Tahfidz Putra Kepanjen. Asrama dan pembelajarannya gratis.
Santri tahfidz mahasiswa, sambil menyelesaikan kuliahnya di UIN, Universitas Muhammadiyah, dan Unibraw, juga merampungkan hafalan Alquran hingga 30 juz.
Tiga santri mahasiswa yang sudah hafal 30 juz, bertugas mengajar tahsin dan tahfidz di Kantor Daarul Qurán. Pesertanya jamaah donatur dan anggota Qurán Call. Selain itu, ketiga mahasiswa juga mengajar di Rumah Tahfidz Lapas Kelas IIA Malang.