Selasa 22 Sep 2015 21:39 WIB

Konflik Sosial di Indonesia Terjadi Akibat Diabaikannya Nilai Pancasila

Rep: Dyah Ratna Meta Novia/ Red: Indah Wulandari
Pelajar menari memeriahkan acara peringatan Hari Kelahiran Pancasila di gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/6).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pelajar menari memeriahkan acara peringatan Hari Kelahiran Pancasila di gedung DPR, Jakarta, Rabu (1/6).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Konflik sosial di Tanah Air sejatinya bisa diredam dengan penghayatan terhadap nilai-nilai berpancasila.

“Guna mencegah konflik di tengah di masyarakat harus dimulai dari diri sendiri dengan mengamalkan Pancasila, yakni menjalankan toleransi dan sikap saling menghargai," ujar Ketua Umum DPD ‎Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Lampung M Iqbal WT, Selasa (22/9).

Ia mencontohkan, masyarakat Lampung yang sering bergesekan terlibat dalam konflik komunal memperlihatkan tidak adanya penghayatan terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Khususnya,  pentingnya pendidikan toleransi dan  kewarganegaraan.

Kesulitan dalam meredam konflik, ujar dia, disebabkan kondisi dan sosial masyarakat yang banyak perbedaan. Konflik juga terjadi disebabkan kurangnya jumlah aparat keamanan yang bekerja di tengah masyarakat.

Anggota DPRD Lampung Utara, Romli juga mengatakan, Pancasila sebagai Ideologi bangsa yang terbuka dan tidak kaku dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Apalagi sekarang ini negara Indonesia semakin maju dan berkembang,  baik dari aspek teknologi ataupun tatanan ekonomi.

“Pancasila akan tetap diposisikan sebagai kunci pengendali agar bangsa Indonesia tetap memegang teguh budaya asli yang sejalan dengan Pancasila. Meskipun, budaya asing asing telah mengontaminasi sebagian kecil masyarakat,” paparnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement