Jumat 25 Sep 2015 20:04 WIB

Bulan Purnama, Purwakarta Wajibkan Warganya Matikan Lampu

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Hazliansyah
Bulan purnama tampak tertutup bayang-bayang bumi di malam di pergantian tahun 2010, Jumat (1/1). Gerhana bulan sebagian tesebut hanya menutupi sebanyak 8,2 persen permukaan bulan yang tampak dari bumi.
Foto: Republika/Yogi ardhi
Bulan purnama tampak tertutup bayang-bayang bumi di malam di pergantian tahun 2010, Jumat (1/1). Gerhana bulan sebagian tesebut hanya menutupi sebanyak 8,2 persen permukaan bulan yang tampak dari bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Bupati Purwakarta, Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mewajibkan warganya untuk mematikan lampu saat malam bulan purnama. Sinar rembulan akan menjadi energi penerangan pengganti. Kebijakan ini bertujuan mengajak masyarakat supaya kembali ke alam (back to nature).

"Bulan itu, merupakan sumber penerangan saat malam hari. Jadi, harus kita manfaatkan," ujar Dedi, kepada Republika.co.id, Jumat (25/9).

Dedi menjelaskan, tak ada sisi mistis pada penerapan kebijakan mematikan listrik saat bulan purnama. Adapun tujuan dari tanpa lampu saat purnama, diharapkan bisa memunculkan daya nalar dan arah pemikiran yang positif.

Jadi, lanjut Dedi, kebijakan ini bukan mistik. Namun sangat rasional. Sebab saat purnama akan tercipta keheningan. Saat itu, warga bisa khusyuk berbuat apa saja. Termasuk tata cara mensyukuri ciptaan Allah SWT.