REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Hingga saat ini, masih ada sekitar 82 jamaah haji dari Indonesia yang belum ditemukan setelah tragedi Mina pada Kamis (24/9) lalu. Komisi VIII DPR RI pun mendesak petugas haji tetap menyisir seluruh titik yang diduga menjadi tempat berkumpul jamaah haji setelah lempar jumrah.
“Petugas haji Indonesia harus bekerja lebih keras lagi untuk melakukan sweeping di segala titik,” ujar Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ledia Hanifa Amalia, Senin (28/9).
Dia mengungkapkan, cara penyisiran tersebut agar semua kemungkinan keberadaan jamaah terdeteksi. Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mencontohkan, salah satu kejadian dari jamaah haji Indonesia dari Surabaya yang sempat dinyatakan hilang ternyata ditemukan di Balai Pengobatan Haji Indonesia.
"Apalagi jika mereka masih dalam kondisi berat, belum pulih maka akan susah untuk menceritakan asalnya dari mana, namanya siapa dan sebagainya. Sehingga perlu juga menyisir ruang perawatan, tidak hanya kamar jenazah saja," tuturnya.
Selain itu, dia juga meminta agar petugas haji melakukan pengecekan di pemondokan-pemondokan. Lantaran mungkin mereka yang tersesat belum sempat melapor ulang karena harus melakukan prosesi haji selanjutnya.
Dari segi sumber daya petugas haji, dia menyatakan agar petugas haji yang ditugaskan untuk melakukan penyisiran korban ditambah. Mengingat perlunya segera mengidentifikasi korban yang belum diketahui identitasnya. Terlebih karena untuk mengidentifikasi jenazah yang sudah lama wafat.
Meskipun saat ini sudah ada jamaah haji yang harus pulang dari Jeddah, kemudian masih ada juga yang di Madinah dan ada juga yang masih di Makkah, dia menegaskan agar memberikan porsi lebih untuk petugas yang ditugaskan untuk melakukan penyisiran.
Hal ini karena menurut dia jumlah jamaah haji yang masih tersebar tersebut semakin sedikit, sehingga petugasnya bisa dikurangi dan dikerahkan untuk membantu penyisiran korban.