Selasa 29 Sep 2015 10:56 WIB

Berita Bohong

Dilarang Berbohong (Ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Dilarang Berbohong (Ilustrasi).

Oleh: Sarbini Abdul Murad

"Ingatlah ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar." (QS an-Nuur: 15).

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan berita bohong (hadisul ifki) terhadap Sayyidah Aisyah RA. Berita itu disebarkan dari mulut ke mulut oleh kaum munafik dan sebagian kecil sahabat (Hamnah binti Jahsi, Hasan bin Tsabit, dan Misthah bin Asasah) yang juga terpengaruh. Orang-orang munafik sengaja ingin merusak kehormatan Ummul Mukminin Aisyah RA.

Perangkap ini kurang disadari ketiga sahabat itu dan mereka justru ikut berperan dalam penyebaran informasi yang tidak benar. Mereka tidak menyadari bahwa menyebarkan berita bohong di sisi Allah merupakan pelanggaran serius sampai Allah menurunkan teguran melalui wahyu.

Pada zaman digital sekarang, penyebaran segala macam informasi jauh lebih cepat dan aksesnya pun lebih mudah. Siapa pun dengan bebas menyebarkan informasi dari mana saja, bahkan dari sumber tidak jelas.

Sayangnya, sebagian mereka menyebarkannya tanpa meneliti dahulu apakah informasi itu layak disebarkan, apakah ada konsekuensi akibat tersebarnya informasi itu, apakah bisa merusak nama baik orang dan memecah-belah keutuhan umat?

Kita mesti bijak dalam menyebarkan informasi yang berseliweran di dunia maya. Keakuratan dan kesahihan informasi merupakan hal penting. Jangan sampai latah menyebarkan informasi yang kita sendiri tidak mengetahui kebenarannya. Kelatahan bukan berarti bebas dari konsekuensi kesalahan dan dosa.

Janganlah kebencian terhadap seseorang atau suatu golongan membutakan hati kita sehingga dengan sengaja menyebarkan berita bohong atau fitnah dengan maksud untuk merusak reputasi orang atau lembaga lain. Menahan diri segala macam isu yang belum tentu benar adalah sikap yang lebih bijak. (QS al-Maidah: 2).

Saling membantu dan saling menasihati adalah spirit utama umat Islam. Ibarat tubuh, apabila salah satu anggotanya sakit, anggota tubuh yang lain juga merasakan sakit.

Ayat di atas menjelaskan sekaligus menjadi peringatan bahwa saling menyebarkan berita bohong atau informasi yang tidak jelas kebenarannya termasuk dalam tolong-menolong dalam berbuat dosa. Islam melarang dan mengingatkan umatnya untuk berhati-hati agar tidak tergelicir dalam perbuatan dosa. (QS an-Nuur: 12).

Islam telah membuat bingkai dengan begitu indah supaya umat tidak jatuh ke kubangan perpecahan dan kehancuran. Penekanan pada sikap berbaik sangka merupakan dasar utama ketika kita mendengar ada informasi yang sumbernya tidak jelas.

Bertabayyun untuk mengklarifikasi informasi yang menjurus kepada fitnah dengan membuka saluran cross-check sehingga umat akan terjaga keutuhannya dan tak terpancing melakukan perbuatan bodoh. (QS al-Hujurat: 6).

Umat Islam harus waspada atas derasnya informasi yang dengan sangat cepat menjungkirbalikkan prasangka seseorang terhadap orang lain. Dengan begitu, umat Islam tidak mudah diadudomba oleh pihak yang memang senang melihat umat Islam terpecah-belah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement