REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Sungguh sadis perlakuan preman tambang pasir terhadap Salim Kancil (46), warga Desa Selok Awar-Awar, Lumajang. Salim yang seorang petani disiksa dengan keji hingga tewas, Sabtu (26/9), karena menolak keberadaan tambang di desanya.
Setelah diciduk di rumahnya, Salim dibawa dengan cara dibonceng diimpit dengan motor dalam keadaan tangan terikat ke belakang. Setelah sempat dipukuli dengan batu di depan anak bungusnya, Dio (13), ia dibawa ke balai desa.
Kedatangan gerombolan preman dengan motor membawa Salim ke balai desa membuat anak-anak TK menangis histeris. Di kompleks balai desa sendiri, terdapat empat kelas TK dan satu kelas PAUD.
"Anak-anak nangis. Kepala Pak Salim kan berdarah," ujar Khosidah, salah seorang guru TK kepada Republika.co.id, Selasa (29/9).
Khosidah menceritakaan, saat itu semua guru dan orang tua murid kalut dan dicekam ketakutan. "Kami mangambil anak-anak, kami berlari keluar sekolah," kata Khosidah.