Selasa 29 Sep 2015 20:58 WIB

Pemerintah Putuskan Harga Premium takkan Turun

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengendara sepeda motor mengisi bahan bakar jenis premium secara mandiri di salah satu SPBU di Jakarta, Selasa (29/9).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pengendara sepeda motor mengisi bahan bakar jenis premium secara mandiri di salah satu SPBU di Jakarta, Selasa (29/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk tidak menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium dalam waktu dekat ini. Sinyal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja, Selasa (29/9).

Wiratmaja mengungkapkan, berdasarkan simulasi penyesuaian harga BBM, tidak memberikan opsi penurunan harga BBM pada 1 Oktober mendatang. Terdapat 3 pilihan dalam menyesuaikan harga BBM yang dikaji pemerintah. Pertama adalah penyesuaian setiap 1 bulan.

Artinya dengan opsi 1 bulan maka pengumuman harga BBM 1 Oktober mendatang akan mempertimbangkan perkembangan harga minyak dunia dan kestabilan sosial ekonomi dalam negeri, termasuk pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam kurun waktu 1 bulan ke belakang. Opsi lain adalah evaluasi setiap 3 bulan dan 6 bulan.

Hasil dari kajian tersebut, lanjut Wiratmaja, dengan periode evaluasi per 1 bulan, maka untuk Oktober mendatang BBM jenis solar akan turun harganya, sedangkan premium akan tetap. Periode evaluasi per 6 bulan, maka solar turun sedikit harganya, sedangkan premium naik.

Sementara itu, dengan simulasi evaluasi per 3 bulan, maka harga solar turun sedikit, dan premium akan naik sedikit harganya. "Sedikit itu 150-an (rupiah) sampai 200 (rupiah)," ujar Wiratmaja saat ditemui di Ditjen Ketenagalistrikan, Selasa (29/9).

Dari ketiga opsi tersebut, tambah Wiratmaja, maka tidak ada pilihan di mana harga premium bisa diturunkan. Salah satu alasannya adalah karena harga MOPS (Mean of Plats Singapore) yang masih tinggi.

"(Opsi) Sebulan pun premium ga turun. Karena harga MOPS masih tinggi," ujar Wiratmaja.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement