Rabu 30 Sep 2015 16:25 WIB

BNPB: Titik Api Terbanyak di Sumsel dan Kalteng

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Angga Indrawan
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi bekas kebakaran lahan di desa Guntung Damar, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (23/9).
Foto: ANTARA FOTO/Herry Murdy Hermawan
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi bekas kebakaran lahan di desa Guntung Damar, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (23/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat titik panas masih bermunculan di Sumatra dan Kalimantan. Berdasarkan pantauan satelit, titik panas terbanyak berada di Sumatra Selatan dan Kalimantan Tengah.

Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho memaparkan, pusat titik panas Sumatra Selatan terpantau berada di Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin dan beberapa daerah yang berbatasan dengan Jambi. Adapun titik panas di Kalimantan Tengah terfokus di Pulang Pisau, Kapuas dan Kota Waringin Timur. 

Oleh karena itu, Sutopo mengatakan pihaknya akan menambah personel untuk memadamkan titik-titik api di dua provinsi yang jumlah hotspotnya terbanyak tersebut. Saat ini, ada 22.146 personel gabungan yang telah diterjunkan untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan.

"Personel akan ditambah serta kekuatan udara akan ditambah untuk kita fokuskan mengatasi kebakaran hutan di sana," kata Sutopo usai mendampingi Kepala BNPB Willem Rampangilei melaporkan perkembangann penanganan asap pada Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (30/9).

Menurut Sutopo, jumlah titik api secara keseluruhan sudah menurun jika dibanding pekan lalu. Namun, asap pekat masih membumbung tinggi. Hal ini terjadi karena sebagian besar kebakaran terjadi di lahan gambut. 

Api yang terdapat di lahan gambut membuat kebakaran menjadi semakin kompleks. Sebab, kendati api di permukaan tanah telah padam, namun bara api masih menyala di dalam tanah. Bara api itulah yang terus mengeluarkan asap. 

Dengan kondisi itu, Sutopo mengatakan bahwa sumber penyuplai asap itu yang harus segera dipadamkan. Jika tidak, angin akan membawa asap dari Sumatra Selatan menuju Jambi, bahkan sampai ke Singapura dan Malaysia. 

Sutopo menambahkan, penanganan kebakaran harus dipercepat mengingat saat ini badai kering El Nino masih terjadi. Jika api terlambat dipadamkan, dikhawatirkan kebakaran akan makin meluas dan menimbulkan kerugian ekonomi yang lebih besar lagi.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement