Rabu 30 Sep 2015 16:20 WIB

Predikat DIY sebagai Kota Batik Dunia Terancam Dicabut

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Ilham
Museum Batik Yogyakarta
Foto: Museum Batik Yogyakarta
Museum Batik Yogyakarta

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Apabila regenerasi pembatik tidak dilakukan bisa menjadi ancaman dicabutnya predikat DIY sebagai kota batik dunia yang diberikan oleh World Craft Council (WCC).

Karena diberikannya predikat DIY sebagai kota batik dunia berdasarkan tujuh kriteria dan salah satunya transgeneration value, yakni memiliki upaya peletarian dari masa ke masa yang berkesinambungan sehingga regenerasi pembatik harus terus diupayakan. Gelar DIY sebagai Kota Batik Dunia adalah satu-satunya dan usianya sudah empat tahun sejak Oktober 2014.

"Tentu saja kalau dampak pemberian gelar tersebut  tidak ada, baik bagi pengrajin, perekonomian DIY, konsumen, sentra batik, dan lain-lain, maka gelar tersebut akan dicabut dan mungkin akan dicari kota lain,’’ kata Sekjen Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) DIY Zainal Arifin Hasoead dalam jumpa pers di Kantor Dekranasda DIY, Rabu (30/9).

Tujuh kriteria yang menjadi dasar pemilihan harus dijaga dan dipertahankan oleh Dekranasda, semua instansi yang berkompeten, sentra batik, pengrajin termasuk konsumen. Ketujuh kriteria tersebut adalah: bagaimana sejarahnya, originalitasnya, mentrasfer kepada generasi penerus, batik yang non kimia dan ramah lingkungan, konsisten mempertahankan batik, dan kaitannya dengan ekonomi para pengrajin .

Desainer Batik dan juga Wakil Ketua Paguyuban Pecinta Batik Sekar Jagad, Afif Syakur mengharapkan setelah DIY mendapat predikat DIY sebagai Kota Batik Dunia, harus ada blue print bagaimana ke depannya. Tentu saja harus tetap mempertahankan ketujuh kriteria yang jadi penilaian.

Menurut Direktur Eksekutif Dekranasda DIY, Roni Guritno, salah satu upaya untuk meregenerasi pembatik, Dekranasda DIY pernah bekerja sama dengan Astra untuk memberikan pelajaran muatan batik sebagai muatan lokal di salah satu SD di Gunungkidul. Bahkan, kelanjutannya Astra bekerja sama dengan Dinas Pendidikan di Gunungkidul mendirikan SMK yang sudah ada dijadikan sebagai SMK Batik, yakni di daerah Tancep Gunungkidul.

Bahkan sekarang, kata dia menambahkan, Astra juga mengembangkan sekolah batik di Kabupaten Bantul. ‘’Mudah-mudahan semakin banyak sekolah atau masyarakat yang mendirikan pelatihan membatik di DIY,’’ harap dia.

Selanjutnya, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY, K. Baskara Aji mengungkapkan setiap tahun di DIY sebanyak 400 guru dilatih untuk membatik dan diharapkan mereka mengajarkan membatik kepada para siswa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement