Rabu 30 Sep 2015 23:59 WIB

Seberapa Besar Keikhlasan Kita untuk Allah?

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko
Kota Makkahdi awal abad 19
Foto: thehuffingtonpost
Kota Makkahdi awal abad 19

REPUBLIKA.CO.ID, Ismail baru lahir setelah Ibrahim lanjut usia. Kini, ia diperintahkan menyembelih anak yang bertahun- tahun lalu dia mohon sepenuh hati kepada Tuhannya.  "Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh."

Kemudian, Allah karuniakan kepadanya seorang anak yang sangat sabar bernama Ismail. Seorang anak yang dulu, atas perintah Rabb-nya, dia tinggalkan di tengah padang pasir tak berpenghuni, tanpa perbekalan yang cukup. Hanya berbekal iman dan tawakal bahwa Allah akan memberi jalan keluar bagi mereka.

Ismail beranjak dewasa, Allah justru menyuruh Ibrahim untuk menyembelihnya. Ibnu Katsir menjelaskan, Ismail disembelih "ketika anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersamanya," artinya ketika ia beranjak dewasa dan bisa berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri seperti ayahnya.

Demi mendengar perkataan ayahnya, Ismail menjawab, "Wahai Ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah, engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar."  Inilah puncak ketaatan seorang anak kepada ayahnya sekaligus kepada Allah, Sang Pencipta. Keduanya berserah diri pada kehendak Allah.

Rahmat Allah Singkat kata, Ibrahim kemudian membawa putranya ke suatu tempat dan membaringkan tengkurap layaknya hewan saat akan disembelih. Ketika pisau hendak digerakkan ke arah leher Is mail, Allah memanggil, "Wahai Ibrahim, engkau telah membenarkan mimpi itu."

Tujuan perintah itu telah tercapai. Allah hanya ingin menguji dan menyaksikan ketaatan Ibrahim. Allah gantikan Ismail dengan seekor hewan kurban yang besar, sebagaimana dulu Allah lindungi Ibrahim dari kobaran api. "Sesungguhnya, ini benar-benar suatu ujian yang nyata," firman Allah dalam surah as-Shaffat [37]: 99-113.

Kisah ini mengajarkan keimanan, ketaatan, kesabaran, ketawakalan, dan penghambaan yang pe nuh dari dua manusia pilihan. Merenungi kisah Ibrahim dan Ismail, umat Islam kemudian diperintahkan berkurban dalam Hari Raya Idul Adha. Tidak sebatas ritual kepada Allah, perintah ini memiliki dimensi sosial. Di tengah mahalnya harga daging, kurban juga menjadi momen pengingat dan sarana berbagi dengan kaum yang papa di sekitar kita.

Bahwa, ada bagian dari umat yang hanya bisa makan daging setahun sekali. Ada bocah-bocah yang tak sabar menunggui ibunya memasak daging lantaran tak pernah mencecap rasanya lagi semenjak Idul Adha yang lalu. Karena itu, apabila perintah ini masih terasa berat, patutlah kita mempertanyakan seberapa kecil ketaatan kita.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement