REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Australia untuk Indonesia Paul Grigson bersama sejumlah senator asal asal Australia mengunjungi Masjid Agung Sunda Kelapa (MASK) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (29/9). Mereka diterima Ketua Dewan Pengurus Masjid Agung Sunda Kelapa H M Aksa Mahmud.
Ditanya apa tujuan kunjungannya ke MASK, Grigson mengatakan, secara keseluruhan, kunjungan ini merupakan suatu bagian dari pertukaran resmi di antara kedua parlemen Australia dan Indonesia.
“Kunjungan ke sekolah, masjid, madrasah, alumni bertujuan untuk terus memperkuat hubungan antara masyarakat kedua negara. Juga hubungan parlemen negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara, yaitu Indonesia dan Australia,” papar mantan dubes Australia untuk Thailand (2008-2010), dan Burma (Myanmar) (2003-2004) itu.
Grigson mengemukakan, kunjungan ke Masjid Agung Sunda Kelapa memberi kesempatan kepada delegasi untuk melihat secara langsung banyaknya persamaan yang dimiliki komunitas Muslim di Australia dan Indonesia serta membahas bagaimana Australia dan Indonesia bekerja sama dalam bidang pemberantasan radikalisasi, juga meperkuat hubungan orang-ke-orang.
“Parlemen dan Dewan Masjid Sunda Kelapa juga membahas bagaimana masjid dapat menjadi bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat. Sebagai contoh dengan adanya sekolah dan rumah sehat di kawasan masjid,” ujar pria yang fasih berbahasa Perancis itu.
Seperti diketahui, Masjid Agung Sunda Kelapa merupakan salah satu masjid yang sangat aktif (makmur) di Jakarta. Masjid tersebut setiap hari selalu diisi dengan berbagai kegiatan ibadah maupun kajian. Termasuk di dalamnya adalah kehadiran sekolah, yakni KB/TK dan SD MASK.
“Jamaah MASK tidak hanya berasal dari Jakarta, tapi juga Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi, bahkan hingga Banten,” ungkap ketua Dewan Pengurus MASK H M Aksa Mahmud.
Selain ke Jakarta, rombongan senator Australia tersebut juga berkunjung ke Balikpapan. “Di Balikpapan mereka bertemu dengan alumni Australia, perusahaan setempat dan meletakkan karangan bunga di situs pendaratan Oboe pada Perang Dunia Kedua, di mana tentara Australia berperang bersama pasukan Indonesia untuk membela Kalimantan dari Jepang,” tutur Paul Grigson.