REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Mohammad Achadi (83 tahun) belum melupakan peristiwa yang terjadi pada Jumat 1 Oktober 1965. Persis 50 tahun silam, sekitar pukul 05.30 WIB, Menteri Transmigrasi dan Koperasi Kabinet Dwikora ini sedang bersiap dinas ke kantornya di Jalan Gatot Subroto Jakarta Selatan. Tiba-tiba, sang istri yang baru selesai sembahyang datang melarang Achadi berdinas.
“Hari ini papah jangan ke kantor, ada maut! Saya mimpi papah jadi pengantin. Tapi saya marah-marah karena undangannya tidak jadi disebar,” kata Achadi menirukan ucapan istrinya, saat menerima kehahadiran wartawan Republika.co.id, M Akbar Wijaya, di Depok, akhir pekan lalu.
Bagi pria kelahiran Kutoarjo, Jawa Tengah ini mimpi menjadi pengantin merupakan pertanda buruk. Dia bisa berari kematian. Apalagi mimpi itu datang dari seorang wanita. “Itu (mimpi jadi pengantin) artinya mati toh?!” kata Achadi.
Firasat sang istri menemui titik terang saat pagi memasuki pukul 07.00 WIB. Saat itu, Achadi mendengar pengumuman yang disiarkan Radio Republik Indonesia (RRI). Pengumuman itu dimulai dengan kalimat seruan: “perhatian, perhatian!” ujar Achadi menirukan suara penyiar Radio.
Belakangan diketahui penyiar RRI pagi itu bernama Yasir Den Has. Dia dipaksa pasukan Gerakan 30 September (G30S) membacakan pengumuman yang menyebutkan bahwa kelompok G30S telah berhasil menyelamatkan Bung Karno dari rencana kudeta Dewan Jenderal.
“Dewan Jenderal adalah gerakan subversive yang disponsori oleh CIA dan waktu belakangan ini sangat aktif dan terutama dimulai ketika Presiden Soekarno menderita sakit yang serius pada minggu pertama bulan Agustus lalu. Harapan mereka bahwa Presiden Soekarno akan meninggal dunia sebagai akibat dari penyakitnya tidak terkabul....
Dewan Jenderal bahkan telah merencanakan untuk mengadakan coup (kudeta-red) kontra-revolusioner. Letnan Kolonel Untung mengadakan Gerakan 30 September yang ternyata telah berhasil dengan baik. …,” demikian penggalan isi siaran tersebut.
Achadi bilang siaran RRI di atas membuat banyak pihak terkejut. Tak terkecuali dirinya. Tak sedikit pihak yang secara gegabah mendukung aksi G30S Untung. Pihak itu salah satunya ialah Menteri/Panglima Angkatan Udara Republik Indonesia Laksamana Madya Udara Omar Dhani.
Tepat pukul 09.30 WIB atau 2 jam lebih 30 menit dari pidato di RRI, Omar Dhani melalui Departemen Penerangan Angkatan Udara menyatakan dukungan terhadap aksi G30S. Bahkan Dhani menyebut G30S sebagai gerakan progresif revolusioner yang patut disokong dan didukung.