Kamis 01 Oct 2015 17:23 WIB
Salim Kancil

Diduga Ada Mafia, Mabes Polri Harus Ambil Alih Kasus Salim Kancil

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Winda Destiana Putri
Pegiat lingkungan yang tergabung dalam solidaritas Surabaya untuk Salim Kancil melakukan aksi solidaritas terhadap pembunuhan petani penolak tambang pasir Lumajang bernama Salim Kancil di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (1/10).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Pegiat lingkungan yang tergabung dalam solidaritas Surabaya untuk Salim Kancil melakukan aksi solidaritas terhadap pembunuhan petani penolak tambang pasir Lumajang bernama Salim Kancil di depan Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Hukum Pidana Trisakti Yenti Garnasih mengatakan, Mabes Polri dapat mengambil alih kasus pembunuhan dan penganiayaan aktivis lingkungan Salim Kancil.

Karena jika benar ada mafia atau kekuatan besar di balik Kepala Desa Selok Awar-Awar, Polres ataupun Polda mungkin tidak sanggup untuk menangani kasus ini.

"Polisi tingkat Polres pasti mudah menyelesaikan kasus ini, tetapi jika tidak kuat bisa ditarik ke Polda Jatim. Namun, jika kekuatan lebih besar lagi ada di balik kasus ini, Mabes Polri dapat mengambil alih," ujar dia kepada Republika.co.id, Kamis (1/10).

Menurut Yenti, Bareskrim memiliki kasus yang lebih penting. Seharusnya jika hanya tingkat Kepala Desa sudah cukup ditangani Polres atau paling tinggi Polda.

Namun, kekhawatirannya saat sebelum terbunuh, Salim sempat diancam dan melaporkannya ke Kepolisian. Tetapi, tidak ditanggapi sehingga bisa ditarik ke Polda Jatim.

Biasanya Bareskrim hanya membantu penanganan kasus ini dan tidak perlu mengambil alih. Kekuatan lebih besar bisa saja ada. Jika kasus ini sangat berbahaya, Bareskrim boleh mengambil alih.

Saat ini penanganan kasus Salim Kancil masih ditangani oleh Polda Jatim. Mapolda Jatim telah menetapkan aktor intelektual pembunuhan dan penganiayaan Salim Kancil adalah kepala desa.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement