Kamis 01 Oct 2015 18:09 WIB

DMI: Tidak Ada Rekonsiliasi PKI

Rep: c33/ Red: Bilal Ramadhan
Massa yang tergabung dalam Forum Umat Islam, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan MUI Kota Bogor melakukan aksi penolakan terhadap paham komunis PKI di Gedung DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/9).
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Massa yang tergabung dalam Forum Umat Islam, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan MUI Kota Bogor melakukan aksi penolakan terhadap paham komunis PKI di Gedung DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (30/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh Dewan Masjid Indonesia (DMI)Natsir Zubaidi mengatakan jangan sampai ada rekonsiliasi PKI. Pasalnya ia mengingatkan PKI telah dua kali berkhianat kepada bangsa Indonesia.

Natsir ingin menyampaikan pesan itu pada apel pengkhianatan dan pemberontakan PKI terhadap NKRI di Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur pada Kamis, (1/10). Menurutnya, korban dari pihak PKI setelah peristiwa G30 S merupakan timbal balik karena pembunuhan kejam yang dilakukan PKI.

"PKI sam dengan Nazi di Jerman yang tidak bisa direhabilitasi secara institusi dan ideologi karena bertentangan dengan Pancasila dan Islam," ujarnya.

Natsir yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Wakaf DMI itu menilai PKI tidak pantas meminta ganti rugi kepada Presiden. Ia pun menyayangkan kondisi saat ini seolah PKI berusahan memutarbalik fakta. Padahal berdasarkan sejarah, PKI lah yang sebenarnya memulai pertumpahan darah.

"Seolah PKI itu korban tragedi 1965. Nah kalau ingin rekonsiliasi itu PKI jangan minta ganti rugi," katanya.

Menurutnya, saat ini ada sejumlah orang yang meminta rekonsiliasi tersebut. Kini, gerakan itu disebut sebagai KGB (komunis gaya baru) yang berisikan aktifis-aktifis serta kader-kader tersembunyi PKI.

Guna menangkal hal tersebut, ia meminta umat islam, TNI dan masyarakat harus bersatu dalam rangka mengawal NKRI."PKI selalu membuat blunder karena tabiatnya khianat dan menghalalkan secara cara," tegasnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement