REPUBLIKA.CO.ID, MONROVIA -- Pihak berwenang memberlakukan jam malam di kota wilayah utara Liberia setelah meletus unjuk rasa rusuh, menyusul dugaan gelombang pembunuhan untuk keagamaan, kata pejabat setempat, Rabu (31/9).
Warga Ganta di perbatasan dengan Guinea mengatakan unjuk rasa itu dimulai setelah pembunuhan seorang pengendara sepeda motor. Peristiwa tersebut terjadi hanya sehari setelah penemuan mayat gadis 13 tahun yang dinyatakan hilang beberapa pekan sebelumnya.
Komandan polisi setempat mengatakan satu orang tewas dan beberapa orang lain cedera dalam kekerasan tersebut, sementara beberapa gedung hancur. Pejabat pemerintah di Monrovia tidak memberikan kepastian atas jumlah korban tewas.
"Kami tidak akan ragu-ragu menyeret ke pengadilan yang terlibat dalam kekerasan itu," kata Menteri Kehakiman Benedict Sannoh dalam pidato nasionalnya.
Ia mengatakan enam orang sudah ditahan atas keterlibatan mereka dalam unjuk rasa tersebut. Kematian gadis itu merupakan insiden terbaru dalam aksi pembunuhan diduga untuk acara ritual yang sudah berlangsung bertahun-tahun di kawasan itu.
Penduduk setempat menuding para politisi dan pengusaha yang mencari kekuasaan politik sebagai penyebabnya. Meski jarang terjadi, kasus pembunuhan ritual tercatat di beberapa negara Afrika dengan bagian-bagian tubuh kadang-kadang digunakan dalam upacara, diduga untuk mendapatkan kekuatan supranatural.
Anak-anak terutama menjadi sasaran ulah itu.