Kamis 01 Oct 2015 23:35 WIB

Sukabumi Ajak Masyarakat tak Bergantung Nasi

Nasi (Ilustrasi)
Foto: Google
Nasi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Pemerintah Kota Sukabumi, Jawa Barat, mengajak masyarakat untuk tidak selalu bergantung kepada nasi sebagai bahan pangan utama untuk konsumsi setiap harinya.

"Walaupun persediaan beras untuk masyarakat masih terpenuhi, alangkah baiknya masyarakat tidak selalu mengkonsumsi nasi sebagai menu utama konsumsinya setiap hari karena masih banyak jenis pangan lainnya yang bisa dikonsumsi oleh warga," kata Kepala Dinas Pertanian Perikanan dan Ketahanan Pangan Kota Sukabumi Kardina Karsoedi di Sukabumi, Kamis (1/10).

Menurutnya, Kota Sukabumi mempunyai berbagai jenis pangan yang bisa dikonsumsi masyarakat sebagai pengganti nasi seperti umbi-umbian, kentang, sukun maupun hanjeli.

Produk-produk pangan tersebut sebetulnya cukup digemari masyarakat, namun baru sebatas makanan ringan saja bukan utama.

Selain itu, dengan mengurangi penggunaan nasi bisa membantu pemerintah dalam ketersediaan beras karena Kota Sukabumi mayoritas pasokan berasnya berasal dari luar daerah.

Apalagi di musim kemarau pasokan beras dari berbagai daerah pemasok seperti Kabupaten Sukabumi berkurang karena banyaknya lahan pertanian yang gagal panen, walaupun persediaan masih mencukupi.

"Masyarakat harus membiasakan mengurangi konsumsi berasnya setiap hari atau bisa melaksanakan progam 'one day no rice' atau satu hari tanpa nasi," tambahnya.

Di sisi lain, Kardina mengatakan selama musim kemarau ini hanya 17 hektare lahan pertanian dari total luas 1.583 hektare yang tersebar di Kecamatan Cibeureum dan Lembursitu mengalami puso atau gagal panen.

Adanya lahan pertanian padi yang puso itu disebutnya tidak mempengaruhi produktivitas beras.

Secara rata-rata setiap hektare lahan pertanian bisa menghasilkan 8,4 ton gabah kering giling maka tingkat produktivitas padi mencapai 13.297 ton sehingga meskipun ada puso tidak akan mempengaruhi ketersediaan pangan khusus beras di Kota Sukabumi, belum lagi ditambah pasokan dari luar daerah.

"Alangkah baiknya masyarakat bisa mengubah pola konsumsi yang awalnya setiap harinya wajib mengkonsumsi beras, tetapi diubah mengkonsumsi pangan lainnya yang juga memiliki tingkat gizi yang sama seperti singkong, kentang maupun hanjeli," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement