REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Aksi solidaritas terhadap aktivis antitambang Salim Kancil terus mengalir. Pemuda Tanggap Bencana Universitas Jember dan Aliansi Mahasiswa Tolak Tambang, turun ke jalan di dua lokasi berbeda di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Jumat (2/10).
Aliansi Mahasiswa Tolak Tambang yang terdiri dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Rayon Fisip dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat Sastra melakukan long march dari Universitas Jember (Unej) menuju bundaran DPRD setempat. "Kami mendesak semua tambang yang sedang dan akan berlangsung di pantai pesisir selatan harus ditutup karena penambangan itu menyebabkan konflik sosial hingga terbunuhnya Salim Kancil," kata koordinator aksi Aliansi Mahasiswa Tolak Tambang Jember, Anggi Raka.
Menurut dia, pembukaan penambangan pasir besi di sepanjang pesisir selatan dari Banyuwangi hingga Lumajang menuai protes dari masyarakat. Pemerintah kabupaten setempat, kata dia, harus tegas menolak penambangan yang menjadi pemicu konflik horisontal antarmasyarakat.
"Tragedi berdarah di Desa Selok Awar-Awar Lumajang bisa saja terjadi di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember, apabila hal tersebut tidak diantisipasi sejak dini," tegasnya.
Ia mengatakan kasus terbunuhnya aktivis antitambang Salim Kancil harus menjadi pelajaran semua pihak dan pemerintah tidak gegabah untuk menerbitkan izin penambangan. "Kami mendesak aparat kepolisian mengusut tuntas kasus pembunuhan dan penganiayaan terhadap Salim Kancil dan Tosan yang menjadi korban kekerasan para penguasa desa setempat. Tangkap dan adli aktor intelektual dibalik terbunuhnya Salim Kancil," tegasnya.
Sementara itu, Koordinator Pemuda Tanggap Bencana Universitas Jember, Djoko Mulyono mengatakan aksi solidaritas atas terbunuhnya Kancil dilakukan dengan membangun sebuah tenda untuk menggalang opini publik atas kasus tersebut. "Kami sudah memasang tenda selama tiga hari untuk menggalang opini kasus terbunuhnya aktivis antitambang dan hari ini kami turun ke jalan di kawasan kampus untuk mengajak mahasiswa lain berempati terhadap Salim Kancil," tuturnya.
Ia mengatakan Pemuda Tanggap Bencana Unej juga sudah berbincang secara lisan kepada pihak Fakultas Hukum Unej terkait dengan upaya pendampingan hukum para korban kekerasan di Lumajang tersebut. "Tim Lembaga Bantuan Hukum Unej menyatakan kesiapannya untuk ikut mendampingi, apabila diperlukan oleh keluarga korban," katanya.