REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK UB) mampu meningkatkan pendapatan masyarakat hingga 100 persen.
Sibawi, Seftyaningtyas, Ayu Retno Wulandari, Sri Murti, dan Suryanto melalui Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKMM) bernama Mabios atau Mangrove Biodiversity in Sapudi mampu mengubah perekonomian masyarakat Desa Rosong Kecamatan Nonggunong hingga mempunyai pendapatan di luar penghasilan.
“Sebelum kami datang ke desa tersebut, masyarakat sekitar hanya mampu mencukupi kebutuhan untuk makan melalui penghasilan yang didapat dalam waktu satu hari. Melalui program Mafios, selain mampu mencukupi kebutuhan, mereka juga mempunyai tambahan penghasilan di luar pendapatan sebanyak Rp 314.000,” kata Suryanto, Sabtu (3/10).
Suryanto menambahkan, penghasilan tambahan yang didapat oleh masyarakat desa Rosong tersebut berasal dari pemberdayaan pohon mangrove yang jumlahnya semakin menipis di pulau Sapudi. Dalam program Mabios masyarakat diajari bagaimana membibitkan mangrove dan mengolahnya menjadi sirup, dodol, dan selai.
“Dari pemberdayaan kreatifitas yang telah kami ajarkan, mereka mampu menjual 20.000 bibit mangrove ke Pulau Kangean, dan menjual hasil olahan mangrove berupa sirup, dodol, dan selai ke masyarakat,” kata Suryanto.
Berkat pemberdayaan yang diajarkan, dalam waktu tiga bulan masyarakat mampu mendapatkan total penghasilan sebanyak Rp 7.850.000. Jumlah tersebut kemudian dibagi sebagai berikut, 10 persen untuk biaya operasional, 10 persen untuk model pembibitan, 20 persen untuk model pemanfaatan, dan 60 persen untuk anggota Komunitas Pengelola Mangrove (KPM) yang berjumlah 15 kepala keluarga.
“Penghasilan tambahan sebanyak Rp 314.000 tersebut diperoleh dari 60 persen total penghasilan penjualan sirup, dodol, selai, dan bibit mangrove," katanya.
Program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh lima mahasiswa FPIK, selain bertujuan untuk melestarikan mangrove juga mempunyai dampak panjang terhadap ekologi biota laut, terutama karena mangrove merupakan tempat hidup dari ikan-ikan.
“Ke depan kami mempunyai rencana untuk membuat ekowisata mangrove melalui program pemberdayaan tersebut,” kata Sibawi.